A. Pendahuluan
Problem solving di dasari oleh teori belajar konstruktivistik. Teori konstruktivistik muncul sebagai reaksi terhadap kelemahan teori behavioristik. Penganut paradigma pembelajaran kontruktivistik memandang pembelajaran yang dilakukan dengan Strategi Yang mengikuti paradigma behavioristik dikembangkan hanya menghasilkan Pendidikan atau pembelajaran yang tervokus pada perilaku yang bisa diamati. Paradigma behavioristik memiliki kelemahan dalam, mencermati yang sulit diamati perilaku seperti afeksi, pemahaman,cara berpikir proses memandang masalah. Oleh karena itu, dengan pembelajaran behavioristik, bisa jadi siswa mampu mengerjakan tindakan tertentu, namun tidak memahami apa yang sesungguhnya ia lakukan. Siswa melakukan eksperimen bisa dalam, bidang kimia, hari lalu menuliskan dalam, bentuk laporan namun tidak memahami dasar-dasar ilmiah yang mendasarinya.
Konstruktivisme dalam, hal ini mengembangkan pembelajaran dengan kepada siswa berbasis pemahaman (pemahaman siswa). Kalau ingin memahami apa yang sudah diketahui siswa dapat memonitor perkembangan proses prestasi siswa pembelajaran proses pengetahuan maka faktor pemahaman siswa harus menjadi fokus guru. Pada paradigma behavioristik, tugas menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif adalah sepenuhnya tugas guru. Guru harus bisa menciptakan alat yang penguatan bagus. Sebaliknya, dalam, paradigma kontruktivistik, siswa juga memiliki potensi instrinsik dalam, menciptakan lingkungan yang belajar kondusif.
Problem solving pandangan diatas dikembangkan kontruktivis-kognitif. Yang melandasi teori problem solving ini adalah teori belajar konstruktivistik, dimana kegiatan pembelajaran dimulai dengan mengeksploitasi, proses bertanya memimpin penyelidikan terhadap pertanyaan, spi, masalah atau suatu ide. Yang tercakup pertanyaan didalamnya mengungkapkan, mengumpulkan proses menganalisis Informasi, menyelesaikan Masalah, cara membuat keputusan, memberikan kesimpulan dan mengambil tindakan.
B. Pembahasan
1. Sejarah Problem solving
Munculnya teori belajar Problem Solving didasari oleh teori konstruktivisme yang berprinsip bahwa siswa harus membangun pengetahuannya sendiri, agar pembelajaran yang dialaminya bermakna. Seorang matematikawan bernama George Polya tertarik terhadap teori ini dan Polya banyak membahasa mengenai Problem solving, maka dari itu Polya disebut sebagai Bapak Problem solving. George Polya lahir pada tahun 1887 dan berkarir dalam dunia pendidikan, pada 1945 ia menerbitkan buku How To solve It yang ditulis dalam bahasa Jerman. Setelah mencoba menawarkan ke berbagai penerbit akhirnya buku tersebut dialih bahasakan ke dalam bahasa Inggris sebelum diterbitkan oleh Princeton. Buku ini ternyata menjadi buku best seller yang terjual lebih dari 1 juta copy dan kelak dialihbahasakan ke dalam 17 bahasa.
Dalam teks ini dia mengidentifikasi empat prinsip dasar problem solving. Riset mendasar yang dilakukan pada bidang analisis kompleks, fisika matematikal, teori probabilitas, geometri dan kombinatorik banyak memberi sumbangsih bagi perkembangan matematika.
Polya memutuskan untuk menulis buku tentang problem-problem dalam analisis, maka dia meminta bantuan Szego seorang peneliti muda yang tertarik membuktikan praduga Polya yang dijadikan karya publikasi perdananya dan hampir selama dua tahun mereka bekerja bersama.
Polya meninggal dunia pada tahun 1985. Di masa tuanya Ia terus mengarang buku, yaitu tentang Problem Solving. Buku Mathematics and plausible reasoning terbit pada tahun 1954 disusul buku Mathematical discovery yang tediri dari dua jilid terbit pada tahun 1962 dan 1965. Pada tahun 1951, Polya pensiun dari Universitas Stanford namun waktu-waktu luangnya tetap dicurahkan untuk mengembangkan pendidikan matematika. Polya diangkat oleh Stanford sebagai Profesor Emeritus pada tahun 1977 menjelang ulang tahun ke-90, meskipun masih aktif mengajar di Departemen komputer di Stanford. Polya memperoleh banyak penghargaan dari lembaga di berbagai negara seperi Hungarian Academy, London Mathematical Society, Swiss Mathematical Society, American Acedemy of Arts and Sciences, Academie des Sciences adalah beberapa beberapa diantaranya.
2. Pengertian Problem solving
Newell dan Simon menulis bahwa, "seseorang dihadapkan dengan masalah (masalah) ketika menginginkan sesuatu dialog dan tidak tahu dengan segera serangkaian tindakan apa yang harus diameter lakukan untuk mendapatkannya ".
Demikian pula, martinez menyatakan bahwa, adalah proses bergerak menuju tujuan bila jalan menuju tujuan tidak pasti". Pόlya mendefinisikan problem solving sebagai "pencarian beberapa tindakan yang tepat untuk mencapai tujuan yang jelas dipahami, tetapi tidak segera dicapai. Dimana tidak ada kesulitan, maka tidak ada masalah ". Menurut Michaelis adalah aktivitas / proses yang ilakukan untuk individu mencari solusi akan suatu masalah. Adapun menurut Fisher problem solving adalah suatu proses dimana anak dapat belajar untuk menggunakan pengetahuan mereka, berdasarkan konsep proses ketrampilan yang ada ketrampilan pada diri anak. Ketrampilan yang harus dimiliki ketrampilan anak adalah kritis, kreatif proses strategis seperti mengamati, perancangan, pengambilan keputusan, kerjasama kelompok, pengungkapan pendapat, menerapkan proses mengevaluasi solusi proses seterusnya. "problem solving
D sebagai rangkaian tindakan yang tepat yang digunakan untuk mencapai tujuan. Untuk memperoleh kemampuan dalam pemecahan masalah , seseorang memiliki banyak harus pengalaman dalam, memecahkan berbagai masalah. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang banyak diberi latihan problem solving memiliki nilai lebih tinggi dalam tes problem solving dibandingkan anak yang lebih sedikit latihannya. ari beberapa pernyataan tersebut dapat dikatakan Problem solving
Problem solving adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan masalah menjadikan sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis proses disintesis dalam, usaha mencari pemecahan atau jawabannya masalah oleh siswa. Jadi problem solving ini memberikan tekanan pada terselesaikannya suatu masalah secara menalar. Problem solving problem solving (pemecahan masalah) dapat berlangsung bila seseorang dihadapkan suatu persoalan pada yang didalamnya terdapat sejumlah jawaban kemungkinan. Upaya menemukan jawaban itu kemungkinan merupakan suatu proses pemecahan masalah.
Prosesnya dapat berlangsung melalui dapat berlangsung proses belajar dalam, yang berkaitan ilmu-ilmu dengan sosial, ilmu-ilmu kealaman, maupun dalam, matematika. Oleh sebab bentuk belajar ini menekankan pada penemuan pemecahan masalah, maka pembelajaran bertujuan membentuk kemampuan yang memecahkan masalah, lebih menekankan penyajian bahan pada dalam, bentuk masalah penyajian yang menuntut proses penemuan pemecahan masalah. suatu diskusi, atau suatu penemuan melaui pengumpulan data, diperoleh baik dari percobaan (eksperimen) atau data dari lapangan. Belajar problem solving
Problem solving menekankan pada kegiatan belajar siswa yang yang optimal bersifat, dalam, upaya pemecahan menemukan jawaban atau terhadap
suatu permasalahan semacam ini memungkinkan belajar siswa mencapai pemahaman terhadap apa yang tinggi yang dipelajari. Disamping itu, proses belajar menekankan prinsip-prinsip pada berpikir ilmiah, yang bersifat kritis proses analitis. Dengan demikian, diharapkan menguasai siswapun prosedur melakukan penemuan ilmiah, proses mampu melakukan proses berpikir analitis.
ciri-ciri utama problem solving problem solving (pemecahan masalah) adalah meliputi suatu pengajuan pertanyaan atau masalah, memusatkan keterkaitan antar disiplin, menghasilkan karya kerjasama proses peragaan.
Secara teoritis, problem solving dipercaya sebagai vehicle untuk mengembangkan higher-order-thinking skills (Kusmawan, 2002). Melalui problem solving diharapkan siswa dapat membangun pemahamannya sendiri tentang realita alam dan ilmu pengetahuan dengan cara merekontruksi sendiri ‘makna’ melalui pemahaman relevan pribadinya (pandangan konstruktivisme). Siswa difasilitasi untuk menerapkan their existing knowledge melalui problem solving , pengambilan keputusan, dan mendesain penemuan. Para siswa dituntut untuk berpikir dan bertindak kreatif dan kritis. Mereka dilibatkan dalam melakukan eksplorasi situasi baru, dalam mempertimbangkan dan merespon permasalahan secara kritis, dan dalam menyelesaikan permasalahannya secara realistis.
Penilaian yang dilakukan dengan problem solving , Pizzini (1996) yakin bahwa para siswa akan mampu menjadi pemikir yang handal dan mandiri. Mereka dirangsang untuk mampu menjadi seorang eksplorer–mencari penemuan terbaru; inventor–mengembangkan ide/gagasan dan pengujian baru yang inovatif; desainer–mengkreasi rencana dan model terbaru; pengambil keputusan–berlatih bagaimana menetapkan pilihan yang bijaksana; dan sebagai komunikator–mengembangkan metode dan teknik untuk bertukar pendapat dan berinteraksi.
Relevan dengan pendapat Gardner, individu bisa dikatakan memahami konsep, teori, keterampilan, atau domain ilmu pengetahuan tertentu, bila dia memiliki pemahaman segala sesuatu dari segala sisi dan bisa menyatakannya dalam berbagai sistem simbol, serta menerapkannya dengan benar dalam berbagai konteks yang berbeda.
3. Belajar dalam pandangan teori Problem solving
Teori Problem solving yang berdasarkan pada teori konstruktivistik menekankan pada pemahaman (understanding) juga menghilangkan kesalahpahaman, serta memecahkan persoalan dalam, konteks pemaknaan yang dimiliki siswa. Proses strategis yang dilakukan dimulai dari cara proses pemikiran deduktif dan pemikiran induktif digabungkan. Dengan demikian siswa mengetahui prinsip-prinsip yang mendasar dari suatu fakta atau data lapangan yang dijumpai diolah melalui proses proses induktif.
Problem solving (pemecahan masalah) tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Problem solving problem solving (pemecahan masalah) bertujuan: 1) membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa proses keterampilan pemecahan masalah; 2) belajar peranan orang dewasa yang autentik; 3) menjadi pembelajar yang mandiri. Menurut Killen (benyamin. 2003:40) penggunaan problem solving diarahkan ke dalam tiga kategori, yakni mengajarkan siswa untuk memecahkan masalah, mengajarkan siswa dengan menggunakan pemecahan masalah, serta sistem pembelajaran berbasiskan masalah yang. Kategori ketiga tersebut perbedaannya pada hanya penekanannya.
Cara pertama penekanannya pada itu sendiri pemecahan masalah, sedangkan kategori kedua penekanannya ada suatu pembelajaran pada subjek didik melalui pemecahan masalah. Katagori ketiga, proses pembelajaran itu justru dimulai proses pada berbasiskan ketrampilan memecahkan permasalahan-permasalahan yang ada, masalah-masalah dengan utama yang bersifat berkelanjutan. Kategori yang penulis penelitian ini pakai dalam, kategori ketiga adalah, dimana pemecahan masalah itu hanya digunakan sebagai alat analisis salah satu dalam, memahami materi pembelajaran.
4. Tahapan-tahapan Problem solving
Adapun ringkasan dari buku How To Solve It karya George Polka, disebutkan ada beberapa tahapan untuk menyelesaikan problem, yaitu:
a. Memahami masalah
Problem apa yang dihadapi? Bagaimana kondisi dan datanya? Bagaimana memilah kondisi-kondisi tersebut? Tanpa adanya pemahaman
terhadap masalah yang diberikan, siswa tidak mampu ujung masalah tersebut menyelesaikan dengan benar.b. Menyusun rencana
Menemkan hubungan antara data dengan hal-hal yang belum diketahui. Apakah pernah problem yang mirip? Setelah siswa dapat memahami masalahnya dengan benar, mereka selanjutnya harus mampu menyusun rencana penyelesaian masalah. Kemampuan melakukan fase kedua ini sangat tergantung pada pengalaman menyelesaikan masalah siswa dalam,. pada umumnya, semakin bervariasi pengalaman mereka, ada kecenderungan siswa lebih dalam, menyusun rencana kreatif penyelesaian suatu masalah.
c. Melaksanakan rencana
Menjalankan rencana guna menemukan solusi, periksa setiap langkah dengan seksama untuk membuktikan bahwa cara itu benar. dan Jika rencana penyelesaian suatu masalah telah dibuat, baik secara tertulis atau tidak, selanjutnya dilakukan penyelesaian masalah sesuai rencana dengan yang paling tepat dianggap.
d. Melakukan pengecekan
Melakukan penilaian terhadap solusi yang didapat. Dan langkah terakhir dari proses penyelesaian
masalah menurut polya adalah melakukan pengecekan atas apa yang telah mulai dari dilakukan fase pertama sampai fase penyelesaian ketiga. Dengan cara seperti ini maka berbagai kesalahan yang tidak njaluk dapat terkoreksi kembali sehingga siswa dapat sampai pada jawaban yang benar sesuai dengan masalah yang diberikan. Keempat tahapan ini lebih dikenal dengan See (memahami problem), Plan (menyusun rencana), Do (melaksanakan rencana) dan Check (menguji jawaban), sudah menjadi jargon sehari-hari dalam penyelesaian problem sehingga Polya layak disebut dengan “Bapak problem solving .”
See (memahami Masalah) |
Do (melaksanakan rencana) |
Check (pengecekan masalah) |
Plan (menyusun rencana) |
Gambar 1. Siklus Tahapan problem solving menurut George Polya
Banyak ahli lain yang menjelaskan bentuk penerapan Problem solving . John Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan amerika menjelaskan 6 langkah metode pemecahan masalah (problem solving ), yaitu:
1. Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan.
2. Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang.
3. Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
4. Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.
5. Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.
6. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.
David Johnson & Jhonson mengemukakan ada 5 langkah metode pemecahan masalah (problem solving ) melalui kegiatan kelompok.
1. mendefinisikan masalah, yaitu merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang mengandung isu konflik, hingga siswa menjadi jelas masalah apa yang akan dikaji. Dalam kegiatan ini guru bisa meminta pendapat dan penjelasan siswa tentang isu-isu hangat yang menarik untuk dipecahkan.
2. mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah, serta menganalisis berbagai faktor baik faktor yang bisa menghambat maupun faktor yang dapat mendukung dalam penyelesaian masalah. Kegiatan ini bisa dilakukan dalam diskusi kelompok kecil, hingga pada akhirnya siswa dapat mengurutkan tindakan-tindakan prioritas yang dapat dilakukan sesuai dengan jenis penghambat yang diperkirakan.
3. merumuskan alternatif strategi, yaitu menguji setiap tindakan yang telah dirumuskan melalui diskusi kelas. Pada tahapan ini setiap siswa didorong untuk berpikir mengemukakan pendapat dan argumentasi tentang kemungkinan setiap tindakan yang dapat dilakukan.
4. menentukan dan menerapkan strategi pilihan, yaitu pengambilan keputusan tentang strategi mana yang dapat dilakukan.
5. melakukan evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil. Evaluasi proses adalah evaluasi terhadap seluruh kegiatan pelaksanaan kegiatan; sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi terhdap akibat dari penerapan strategi yang diterapkan.
Berdasarkan pendapat kedua ahli tersebut memiliki pengertin yang sama yakni langkah-langkah problem soving digunakan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam, mengidentifikasi, mengembangkan kemampuan berpikir alternatif, proses kemampuan mengambil keputusan berdasarkan alternatif yang tersedia.
E Landasan filosofis proses psikologis embelajaran problem solving .
Pembelajaran problem solving banyak diilhami oleh filsafat yang dikembangkan oleh konstruktivisme Piaget. Pandangan filsafat pengetahuan tentang hakekat konstruktivisme mempelajari tentang proses belajar, bahwa belajar bukanlah sekedar menghapal tetapi melalui proses mengkontruksi pengalaman. Pandangan piaget tentang bagaimana sebenarnya pengetahuan itu struktur kognitif terbentuk anak dalam, sangat berpengaruh terhadap model yang yang pembelajaran peneliti kembangkan model pembelajaran yakni masalah pemecahan. Dilihat dari aspek filosofis tentang fungsi sekolah sebagai arena atau wadah untuk mempersiapkan anak didik agar dapat hidup di masyarakat, maka model pembelajaran problem solving merupakan model yang memungkinkan proses sangat result untuk dikembangkan. Hal ini disebabkan pada kenyataannya setiap manusia akan selalu dihadapkan pada masalah. Mulai dari masalah yang sederhana sampai yang kompleks ke masalah, mulai dari masalah pribadi sampai
kepada masalah keluarga, masalah sosial kemasyarakatan, masalah negara sampai kepada masalah dunia.
Problem solving diharapkan dapat memberikan latihan kemampuan setiap individu proses untuk dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
dilihat dari aspek psikologis belajar bersandarkan pada aliran belajar kognitif. Menurut aliran ini belajar adalah proses pada hakekatnya proses mental dan proses berpikir dengan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki setiap ekor secara optimal. Belajar lebih dari sekadar menghafal proses menumpuk ilmu pengetahuan, tetapi bagaimana pengetahuan yang diperolehnya bermakna untuk siswa melalui ketrampilan berpikir.
Menurut teori konstruktivisme, pengetahuan itu akan bermakna apabila ke zona pengembangan terdekat mereka dimana pembelajaran baru terjadi. proses dicari ditemukan oleh peserta didik sendiri bukan hasil pemberian orang lain termasuk guru. Setiap individu berusaha harus mampu mengembangkan proses pengetahuannya melalui skema sendiri yang ada dalam, struktur kognitifnya. Skema ini harus terus menerus diperbaharui harus diubah melalui proses proses asimilasi akomodasi proses, dengan demikian tugas guru adalah memotivasi peserta untuk didik mengembangkan skema yang terbentuk melalui proses asimilasi proses akomodasi tersebut, peaget (sanjaya, 2007:194). Pandangan ini banyak didasarkan teori piaget pada. Piaget mengemukakan bahwa siswa dalam, segala usia secara aktif terlibat dalam, proses perolehan informasi proses membangun pengetahuan mereka sendiri. Pengetahuan bersifat statis tetapi tidak terus berevolusi. Pengetahuan tumbuh berkembang pada saat proses pembelajar pengalaman menghadapi baru. Pengalaman baru ini memaksa mereka untuk membangun proses memodifikasi pengetahuan awal mereka. Setiap pengetahuan interaksi suatu mengandalkan dengan pengalaman. Tanpa interaksi dengan objek, tidak seorang anak dapat mengkontruksi pengetahuannya. Seperti halnya piaget, Vygotsky juga percaya bahwa perkembangan pada saat terjadi intelektual individu berhadapan dengan pengalaman baru proses menantang ketika mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang yang dimunculkan. Untuk memperoleh pemahaman ekor pengetahuan baru mengkaitkan dengan pengetahuan awal yang telah dimiliki. Melalui tantangan proses bantuan dari guru atau teman sejawat yang lebih mampu, mengantarkan siswa
F. Kelebihan dan kekurangan Teori Pembelajaran Problem Solving
Kelebihan dari problem solving pembelajaran problem solving ini antara lain:
1. problem solving merupakan pemecahan masalah yang bagus yang untuk memahami isi pelajaran,
2. siswa dapat menantang kemampuan serta memberikan kepuasan untuk pengetahuan menemukan baru bagi siswa,
3. dapat meningkatkan aktifitas siswa pembelajaran,
4. dapat membantu bagaimana mentransfer siswa pengetahuan mereka memahami untuk masalah dalam, kehidupan nyata,
5. dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa mengembangkan proses
6. kemampuan mereka menyesuaikan untuk dengan pengetahuan baru,
7. memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam, dunia kehidupan sehari.
Kelemahan problem solving pembelajaran problem solving adalah:
1. Kurangnya kesiapan guru siswa proses untuk berkolaborasi dalam, memecahkan
2. masalah yang diangkat cara membuat problem solving ini tidak efektif,
3. Problem solving pembelajaran ini membutuhkan waktu yang lama segi dalam, persiapan,
4. Saat siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai masalah kepercayaan bahwa yang sulit dipelajari untuk dipecahkan, maka mereka merasa tidak mau untuk mencoba.
C. Penutup
Kesimpulan
a. Munculnya metode belajar Problem Solving didasari oleh teori konstruktivisme yang berprinsip bahwa siswa harus membangun pengetahuannya sendiri, agar pembelajaran yang dialaminya bermakna. Seorang matematikawan bernama George Polya tertarik terhadap metode ini dan Polya banyak membahasa mengenai Problem solving, maka dari itu Polya disebut sebagai Bapak Problem solving
b. Metode problem solving mulai berkembang dengan lahirnya teori belajar konstruktivisme. George Polya (1880-1943) ialah seorang matematikawan yang sangat sering mebahas megenai problem solving yang meneliti tentang pengamatan dan problem solving .
c. Problem solving adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan masalah menjadikan sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis proses disintesis dalam, usaha mencari pemecahan atau jawabannya masalah oleh siswa.
d. Tahapan-tahapan Problem solving
1. Memahami masalah
2. Menyusun rencana
3. Melaksanakan rencana
4. Melakukan pengecekan
e. Landasan filosofis proses psikologis pembelajaran Problem Solving adalah bahwa belajar bukanlah sekedar menghapal tetapi melalui proses mengkontruksi pengalaman. Pandangan tentang bagaimana sebenarnya pengetahuan itu struktur kognitif terbentuk pada anak.
f. Proses belajar dalam Pandangan Metode problem solving menganut pada teori konstruktivistik yang menekankan pada pemahaman (understanding) juga menghilangkan kesalahpahaman, serta memecahkan persoalan dalam, konteks pemaknaan yang dimiliki siswa . Dengan demikian siswa mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari dari suatu fakta atau data yang lapangan yang dijumpai diolah melalui proses yang induktif.
g. Adapun beberapa Kelebihan dan kekurangan metode Pembelajaran Problem Solving
Kelebihan dari metode problem solving antara lain: a) problem solving merupakan pemecahan masalah yang bagus yang untuk memahami isi pelajaran; b) siswa dapat menantang kemampuan serta memberikan kepuasan untuk pengetahuan menemukan baru bagi siswa; c) dapat meningkatkan aktifitas siswa pembelajaran
Kelemahan problem solving pembelajaran problem solving adalah a) Kurangnya kesiapan guru siswa proses untuk berkolaborasi dalam, memecahkan; b) masalah yang diangkat cara membuat problem solving ini tidak efektif; c) Problem solving pembelajaran ini membutuhkan waktu yang lama segi dalam, persiapan
DAFTAR PUSTAKA
Arens, Richard I.2008. Learning to teach. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Sumiati, Asra. 2007. Metode Pelajaran. Bandung : CV Wacana Prima
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ( Mendikbud) mengumumkan secara resmi rencana seleksi guru PPPK - PNS tahun 2022
BalasHapusmenyatakan, guru honorer yang SDH mengabdi lama bisa menjadi Aparatur Sipil Negara ( ASN) lewat skema Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kontrak PPPK Dan PNS
"Kemendikbud akan menyediakan materi pembelajaran secara daring untuk membantu tenaga HONORER mempersiapkan diri sebelum ujian seleksi penerimaan pegawai kontrak PPPK sampai PNS
Dan khusus untuk teman2 Honorer yang sudah mengabdi lama yang ingin masuk prioritas pengangkatan langsung lulus Tes PPPK Dan CPNS - PNS bisa m'hubungi staf direktur aparatur sipil negara bapak hj Gunawan dafit semoga beliau bisa bantu,
Dan Alhamdulillah sekali lagi terima kasih kepada staf direktur aparatur sipil negara
BPK Drs hj Gunawan dafit semoga bapak sehat selalu dan diberi umur panjang semoga kredibel kinerja bpk selalu meningkat dari tahun" kemarin, bagi teman teman yang ada masalah di bidan guru dan kepegawaian pemerintahan silahkan hub BPK dafit no hp beliau ☎️ 081249264549 semoga beliau bisa bantu dari segala masalah anda seperti yang saya alami kemarin, semoga petunjuk dari saya ini bisa jadi motivasi anda dan bisa jadi amal ibadah saya sekeluarga amin. Terima kasih