Jumat, 16 Desember 2011

Problem Solving


A.    Pendahuluan
Model pembelajaran problem solving di dasari oleh teori belajar Problem solving   di dasari oleh teori belajar konstruktivistik. konstruktivistik. Teori konstruktivistik Teori konstruktivistik muncul sebagai reaksi terhadap kelemahan teori muncul sebagai reaksi terhadap kelemahan teori behavioristik. behavioristik. Penganut Penganut paradigma kontruktivistik memandang pembelajaran yang dilakukan dengan paradigma pembelajaran kontruktivistik memandang pembelajaran yang dilakukan dengan mengikuti strategi yang dikembangkan paradigma behavioristik hanya Strategi Yang mengikuti paradigma behavioristik dikembangkan hanya menghasilkan pendidikan atau pembelajaran yang tervokus pada perilaku yang menghasilkan Pendidikan atau pembelajaran yang tervokus pada perilaku yang bias diamati. bisa diamati. Paradigma behavioristik memiliki kelemahan dalam mencermati Paradigma behavioristik memiliki kelemahan dalam, mencermati perilaku yang sulit diamati seperti afeksi, pemahaman (understanding), cara yang sulit diamati perilaku seperti afeksi, pemahaman,cara berpikir dan memandang masalah (insight). berpikir proses memandang masalah. Oleh karena itu, dengan pembelajaran Oleh karena itu, dengan pembelajaran behavioristik, bisa jadi siswa mampu mengerjakan tindakan tertentu, namun tidak behavioristik, bisa jadi siswa mampu mengerjakan tindakan tertentu, namun tidak memahami apa yang sesungguhnya ia lakukan. memahami apa yang sesungguhnya ia lakukan. Siswa jadi pandai membuat Siswa bisa melakukan eksperimen dalam bidang Siswa melakukan eksperimen bisa dalam, bidang kimia, lalu menuliskan dalam bentuk laporan namun tidak memahami dasar-dasar kimia, hari lalu menuliskan dalam, bentuk laporan namun tidak memahami dasar-dasar ilmiah yang mendasarinya. ilmiah yang mendasarinya.
Konstruktivisme dalam hal ini mengembangkan pembelajaran dengan Konstruktivisme dalam, hal ini mengembangkan pembelajaran dengan berbasis kepada pemahaman siswa ( student understanding). kepada siswa berbasis pemahaman (pemahaman siswa). Kalau ingin Kalau ingin memahami apa yang sudah diketahui siswa dan dapat memonitor perkembangan memahami apa yang sudah diketahui siswa dapat memonitor perkembangan proses prestasi pembelajaran dan pengetahuan siswa maka faktor pemahaman siswa prestasi siswa pembelajaran proses pengetahuan maka faktor pemahaman siswa harus menjadi fokus pemahaman guru. harus menjadi fokus guru. Tugas guru dengan demikian adalah Pada paradigma behavioristik, tugas menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif sepenuhnya adalah tugas guru. yang kondusif adalah sepenuhnya tugas guru. Guru harus bisa menciptakan alat Guru harus bisa menciptakan alat reinforcement yang bagus. yang penguatan bagus. Sebaliknya, dalam paradigma kontruktivistik, siswa Sebaliknya, dalam, paradigma kontruktivistik, siswa juga memiliki potensi instrinsik dalam menciptakan lingkungan belajar yang juga memiliki potensi instrinsik dalam, menciptakan lingkungan yang belajar kondusif. kondusif. Teori konstruktivistik menekankan pada pemahaman( understanding) juga
Problem solving   dikembangkan diatas pandangan kontruktivis-kognitif. pandangan diatas dikembangkan kontruktivis-kognitif. Teori yang melandasi Yang melandasi teori model problem solving ini adalah teori belajar konstruktivistik, dimana kegiatan problem solving    ini adalah teori belajar konstruktivistik, dimana kegiatan pembelajaran dimulai dengan mengeksploitasi, bertanya dan memimpin pembelajaran dimulai dengan mengeksploitasi, proses bertanya memimpin penyelidikan terhadap pertanyaan, isu, masalah atau suatu ide. penyelidikan terhadap pertanyaan, spi, masalah atau suatu ide. Yang tercakup Yang tercakup didalamnya mengungkapkan pertanyaan, mengumpulkan dan menganalisis pertanyaan didalamnya mengungkapkan, mengumpulkan proses menganalisis informasi, menyelesaikan masalah, membuat keputusan, memberikan kesimpulan Informasi, menyelesaikan Masalah, cara membuat keputusan, memberikan kesimpulan dan dan mengambil tindakan. mengambil tindakan.



B.       Pembahasan
1.        Sejarah Problem solving  
Munculnya teori belajar Problem Solving didasari oleh teori konstruktivisme yang berprinsip bahwa siswa harus membangun pengetahuannya sendiri, agar pembelajaran yang dialaminya bermakna. Seorang matematikawan bernama George Polya tertarik terhadap teori ini dan  Polya banyak membahasa mengenai Problem solving, maka dari itu Polya disebut sebagai Bapak Problem solving.  George Polya lahir pada tahun 1887 dan berkarir dalam dunia pendidikan,  pada 1945 ia menerbitkan buku How To solve It yang ditulis dalam bahasa Jerman. Setelah mencoba menawarkan ke berbagai penerbit akhirnya buku tersebut dialih bahasakan ke dalam bahasa Inggris sebelum diterbitkan oleh Princeton. Buku ini ternyata menjadi buku best seller yang terjual lebih dari 1 juta copy dan kelak dialihbahasakan ke dalam 17 bahasa.
 Dalam teks ini dia mengidentifikasi empat prinsip dasar problem solving.  Riset mendasar yang dilakukan pada bidang analisis kompleks, fisika matematikal, teori probabilitas, geometri dan kombinatorik banyak memberi sumbangsih bagi perkembangan matematika.
Polya memutuskan untuk menulis buku tentang problem-problem dalam analisis, maka dia meminta bantuan Szego seorang peneliti muda yang tertarik membuktikan praduga Polya yang dijadikan karya publikasi perdananya dan hampir selama dua tahun mereka bekerja bersama. 
Polya meninggal dunia pada tahun 1985. Di masa tuanya Ia terus mengarang buku, yaitu tentang Problem Solving. Buku Mathematics and plausible reasoning terbit pada tahun 1954 disusul buku Mathematical discovery yang tediri dari dua jilid terbit pada tahun 1962 dan 1965. Pada tahun 1951, Polya pensiun dari Universitas Stanford namun waktu-waktu luangnya tetap dicurahkan untuk mengembangkan pendidikan matematika. Polya diangkat oleh Stanford sebagai Profesor Emeritus pada tahun 1977 menjelang ulang tahun ke-90, meskipun masih aktif mengajar di Departemen komputer di Stanford. Polya memperoleh banyak penghargaan dari lembaga di berbagai negara seperi Hungarian Academy, London Mathematical Society, Swiss Mathematical Society, American Acedemy of Arts and Sciences, Academie des Sciences adalah beberapa beberapa diantaranya.
2.      Pengertian Problem solving  C. Problem Solving sebagai Model Pembel
Newell dan Simon (Docktor, 2006: 6) menulis bahwa, "SeseorangNewell dan Simon  menulis bahwa, "seseorang dihadapkan dengan masalah (problem) ketika dia menginginkan sesuatu dan dihadapkan dengan masalah (masalah) ketika menginginkan sesuatu dialog dan tidak tahu dengan segera serangkaian tindakan apa yang harus dia lakukan tidak tahu dengan segera serangkaian tindakan apa yang harus diameter lakukan untuk mendapatkannya”. untuk mendapatkannya ".
Demikian pula, Martinez (Docktor, 2006: 6) menyatakan bahwa, Demikian pula, martinez menyatakan bahwa, " problem solving adalah proses bergerak menuju tujuan bila jalan menuju "problem solving   adalah proses bergerak menuju tujuan bila jalan menuju tujuan tidak pasti". Ahli matematika Pόlya (Docktor, 2006: 7) mendefinisikan tujuan tidak pasti".  Pόlya mendefinisikan problem solving sebagai "pencarian beberapa tindakan yang tepat untuk problem solving   sebagai "pencarian beberapa tindakan yang tepat untuk mencapai tujuan yang jelas dipahami, tetapi tidak segera dicapai. mencapai tujuan yang jelas dipahami, tetapi tidak segera dicapai. Dimana Dimana tidak ada kesulitan, maka tidak ada masalah". tidak ada kesulitan, maka tidak ada masalah ". Problem adalah situasi atau sesuatu yang membutuhkan solusi.Problem Menurut Michaelis  adalah aktivitas / proses yang ilakukan individu untuk mencari solusi akan suatu masalah. untuk individu mencari solusi akan suatu masalah. Adapun menurut Fisher Adapun menurut Fisher (1987:2)problem solving adalah suatu proses dimana anak dapat belajar untuk  problem solving   adalah suatu proses dimana anak dapat belajar untuk menggunakan pengetahuan mereka, berdasarkan konsep dan ketrampilan- menggunakan pengetahuan mereka, berdasarkan konsep proses ketrampilan ketrampilan yang ada pada diri anak. yang ada ketrampilan pada diri anak. Ketrampilan ketrampilan yang harus dimiliki Ketrampilan yang harus dimiliki ketrampilan anak adalah kritis, kreatif dan strategis seperti mengamati, perancangan, anak adalah kritis, kreatif proses strategis seperti mengamati, perancangan, pengambilan pengambilan keputusan,kerjasama keputusan, kerjasama kelompok, kelompok, pengungkapan pengungkapan pendapat, pendapat, menerapkan dan mengevaluasi solusi dan seterusnya. menerapkan proses mengevaluasi solusi proses seterusnya.
DDari beberapa pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa suatuDDDDddDddari beberapa pernyataan tersebut dapat dikatakan menyelesaikannya dengan benar, maka soal tersebut tidak dapat dikatakandikatakandd Problem solving   sebagai rangkaian tindakan yang tepat yang digunakan untuk mencapai tujuan. rangkaian tindakan yang tepat yang digunakan untuk mencapai tujuan. Untuk memperoleh kemampuan dalam pemecahan masalah (problem Untuk memperoleh kemampuan dalam pemecahan masalah solving) , seseorang harus memiliki banyak pengalaman dalam memecahkan, seseorang memiliki banyak harus pengalaman dalam, memecahkan  berbagai masalah. berbagai masalah. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang diberi banyak latihan pemecahan masalah (problem solving) memiliki nilai banyak diberi latihan problem solving   memiliki nilai lebih tinggi dalam tes pemecahan masalah (problem solving) dibandingkan lebih tinggi dalam tes problem solving   dibandingkan anak yang latihannya lebih sedikit. anak yang lebih sedikit latihannya.
Problem solving    adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis masalah menjadikan sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis proses disintesis dalam usaha mencari pemecahan masalah atau jawabannya oleh siswa. dalam, usaha mencari pemecahan atau jawabannya masalah oleh siswa. Jadi Jadi model ini memberikan tekanan pada terselesaikannya suatu masalah secara problem solving   ini memberikan tekanan pada terselesaikannya suatu masalah secara menalar. menalar. Model pemecahan masalah (problem solving) dapat berlangsung bila Problem solving   problem solving   (pemecahan masalah) dapat berlangsung bila seseorang dihadapkan pada suatu persoalan yang didalamnya terdapat sejumlah seseorang dihadapkan suatu persoalan pada yang didalamnya terdapat sejumlah kemungkinan jawaban. jawaban kemungkinan. Upaya menemukan kemungkinan jawaban itu merupakan Upaya menemukan jawaban itu kemungkinan merupakan suatu proses pemecahan masalah. suatu proses pemecahan masalah. Prosesnya itu sendiri, dapat berlangsung melalui
Prosesnya dapat berlangsung melalui suatu diskusi, atau suatu penemuan melaui pengumpulan data, baik diperoleh dari suatu diskusi, atau suatu penemuan melaui pengumpulan data, diperoleh baik dari percobaan (eksperimen) atau data dari lapangan. percobaan (eksperimen) atau data dari lapangan. Belajar pemecahan masalah dapat berlangsung dalam proses belajar yang Belajar problem solving   dapat berlangsung proses belajar dalam, yang berkaitan dengan ilmu-ilmu sosial, ilmu-ilmu kealaman, maupun dalam berkaitan ilmu-ilmu dengan sosial, ilmu-ilmu kealaman, maupun dalam, matematika. matematika. Oleh sebab bentuk belajar ini menekankan pada penemuan Oleh sebab bentuk belajar ini menekankan pada penemuan pemecahan masalah, maka pembelajaran yang bertujuan membentuk kemampuan pemecahan masalah, maka pembelajaran bertujuan membentuk kemampuan yang memecahkan masalah, lebih menekankan pada penyajian bahan dalam bentuk memecahkan masalah, lebih menekankan penyajian bahan pada dalam, bentuk penyajian masalah yang menuntut proses penemuan pemecahan masalah. masalah penyajian yang menuntut proses penemuan pemecahan masalah. Model problem solving menekankan pada kegiatan belajar siswa yang
Problem solving   menekankan pada kegiatan belajar siswa yang bersifat optimal, dalam upaya menemukan jawaban atau pemecahan terhadap yang optimal bersifat, dalam, upaya pemecahan menemukan jawaban atau terhadap
suatu permasalahan belajar semacam ini memungkinkan siswa mencapai suatu permasalahan semacam ini memungkinkan belajar siswa mencapai pemahaman yang tinggi terhadap apa yang dipelajari. pemahaman terhadap apa yang tinggi yang dipelajari. Disamping itu, proses Disamping itu, proses belajar menekankan pada prinsip-prinsip berpikir ilmiah, yang bersifat kritis dan belajar menekankan prinsip-prinsip pada berpikir ilmiah, yang bersifat kritis proses analitis. analitis. Dengan demikian, diharapkan siswapun menguasai prosedur melakukan Dengan demikian, diharapkan menguasai siswapun prosedur melakukan penemuan ilmiah, dan mampu melakukan proses berpikir analitis. penemuan ilmiah, proses mampu melakukan proses berpikir analitis.
Ciri-ciri utama model problem solving (pemecahan masalah)adalah ciri-ciri utama problem solving   problem solving   (pemecahan masalah) adalah meliputi suatu pengajuan pertanyaan atau masalah, memusatkan keterkaitan antar meliputi suatu pengajuan pertanyaan atau masalah, memusatkan keterkaitan antar disiplin, kerjasama menghasilkan karya dan peragaan. disiplin, menghasilkan karya kerjasama proses peragaan. Model problem solving
Secara teoritis, problem solving   dipercaya sebagai vehicle untuk mengembangkan higher-order-thinking skills (Kusmawan, 2002). Melalui problem solving   diharapkan siswa dapat membangun pemahamannya sendiri tentang realita alam dan ilmu pengetahuan dengan cara merekontruksi sendiri ‘makna’ melalui pemahaman relevan pribadinya (pandangan konstruktivisme). Siswa difasilitasi untuk menerapkan their existing knowledge melalui problem solving  , pengambilan keputusan, dan mendesain penemuan. Para siswa dituntut untuk berpikir dan bertindak kreatif dan kritis. Mereka dilibatkan dalam melakukan eksplorasi situasi baru, dalam mempertimbangkan dan merespon permasalahan secara kritis, dan dalam menyelesaikan permasalahannya secara realistis.
Penilaian yang dilakukan dengan  problem solving  , Pizzini (1996) yakin bahwa para siswa akan mampu menjadi pemikir yang handal dan mandiri. Mereka dirangsang untuk mampu menjadi seorang eksplorer–mencari penemuan terbaru; inventor–mengembangkan ide/gagasan dan pengujian baru yang inovatif; desainer–mengkreasi rencana dan model terbaru; pengambil keputusan–berlatih bagaimana menetapkan pilihan yang bijaksana; dan sebagai komunikator–mengembangkan metode dan teknik untuk bertukar pendapat dan berinteraksi.
Relevan dengan pendapat Gardner, individu bisa dikatakan memahami konsep, teori, keterampilan, atau domain ilmu pengetahuan tertentu, bila dia memiliki pemahaman segala sesuatu dari segala sisi dan bisa menyatakannya dalam berbagai sistem simbol, serta menerapkannya dengan benar dalam berbagai konteks yang berbeda.
3.        Belajar dalam pandangan teori Problem solving  
Teori Problem solving   yang berdasarkan pada teori konstruktivistik menekankan pada pemahaman (understanding) juga menghapus misunderstanding, serta memecahkan persoalan dalam konteks menghilangkan kesalahpahaman, serta memecahkan persoalan dalam, konteks pemaknaan yang dimiliki siswa. pemaknaan yang dimiliki siswa. Proses strategis yang dilakukan dimulai dari cara Proses strategis yang dilakukan dimulai dari cara pemikiran deduktif dan digabungkan dengan pemikiran induktif. proses pemikiran deduktif dan  pemikiran induktif digabungkan. Dengan Dengan demikian siswa mengetahui prinsip-prinsip yang mendasar dari suatu fakta atau demikian siswa mengetahui prinsip-prinsip yang mendasar dari suatu fakta atau data lapangan yang dijumpai dan diolah melalui proses induktif. data lapangan yang dijumpai diolah melalui proses proses induktif. Dengan demikian
Problem solving    (pemecahan masalah) tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Model problem solving (pemecahan Problem solving   problem solving   (pemecahan masalah) bertujuan: masalah) bertujuan: 1) Membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan 1) membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa proses keterampilan pemecahan masalah. pemecahan masalah; 2) Belajar peranan orang dewasa yang autentik 2) belajar peranan orang dewasa yang autentik;3) Menjadi pembelajar yang mandiri. 3) menjadi pembelajar yang mandiri. Menurut Killen ( Benyamin. 2003:40) penggunaan problem solving Menurut Killen (benyamin. 2003:40) penggunaan problem solving   diarahkan ke dalam tiga kategori yakni mengajarkan siswa untuk memecahkan diarahkan ke dalam tiga kategori, yakni mengajarkan siswa untuk memecahkan masalah, mengajarkan siswa dengan menggunakan pemecahan masalah, serta masalah, mengajarkan siswa dengan menggunakan pemecahan masalah, serta system pembelajaran yang berbasiskan masalah. sistem pembelajaran berbasiskan masalah yang. Ketiga kategori tersebut perbedaannya hanya pada penekanannya. Kategori ketiga tersebut perbedaannya pada hanya penekanannya. Cara
Cara pertama penekanannya pada pemecahan masalah itu sendiri, sedangkan kategori pertama penekanannya pada itu sendiri pemecahan masalah, sedangkan kategori kedua penekanannya ada pada pembelajaran suatu subjek didik melalui kedua penekanannya ada suatu pembelajaran pada subjek didik melalui pemecahan masalah. pemecahan masalah. Katagori ketiga, proses pembelajaran itu justru dimulai dan Katagori ketiga, proses pembelajaran itu justru dimulai proses berbasiskan pada ketrampilan memecahkan permasalahan-permasalahan yang ada, pada berbasiskan ketrampilan memecahkan permasalahan-permasalahan yang ada, dengan masalah-masalah utama yang bersifat berkelanjutan. masalah-masalah dengan utama yang bersifat berkelanjutan. Kategori yang Kategori yang penulis pakai dalam penelitian ini adalah kategori ketiga, dimana pemecahan penulis penelitian ini pakai dalam, kategori ketiga adalah, dimana pemecahan masalah itu hanya digunakan sebagai salah satu alat analisis dalam memahami masalah itu hanya digunakan sebagai alat analisis salah satu dalam, memahami materi pembelajaran. materi pembelajaran. Menurut J Dewey dalam W Gulo (2002:115) langkah langkah
4.      Tahapan-tahapan Problem solving   
Adapun ringkasan dari buku How To Solve It karya George Polka, disebutkan ada beberapa tahapan untuk menyelesaikan problem, yaitu:
a.       Memahami masalah
Problem apa yang dihadapi? Bagaimana kondisi dan datanya? Bagaimana memilah kondisi-kondisi tersebut? Tanpa adanya pemahaman terhadap masalah yang diberikan, siswa tidak mungkin mampu terhadap masalah yang diberikan, siswa tidak mampu ujung menyelesaikan masalah tersebut dengan benar. masalah tersebut menyelesaikan dengan benar.
b.      Menyusun rencana
Menemkan hubungan antara data dengan hal-hal yang belum diketahui. Apakah pernah problem yang mirip? Setelah siswa dapat memahami masalahnya dengan benar, selanjutnya mereka harus mampu memahami masalahnya dengan benar, mereka selanjutnya harus mampu menyusun rencana penyelesaian masalah. menyusun rencana penyelesaian masalah. Kemampuan melakukan fase kedua Kemampuan melakukan fase kedua ini sangat tergantung pada pengalaman siswa dalam menyelesaikan masalah. ini sangat tergantung pada pengalaman menyelesaikan masalah siswa dalam,. Pada umumnya, semakin bervariasi pengalaman mereka, ada kecenderungan pada umumnya, semakin bervariasi pengalaman mereka, ada kecenderungan siswa lebih kreatif dalam menyusun rencana penyelesaian suatu masalah. siswa lebih dalam, menyusun rencana kreatif penyelesaian suatu masalah.
c.       Melaksanakan rencana
Menjalankan rencana guna menemukan solusi, periksa setiap langkah dengan seksama untuk membuktikan bahwa cara itu benar. dan Jika Jika rencana penyelesaian suatu masalah telah dibuat, baik secara tertulis atau rencana penyelesaian suatu masalah telah dibuat, baik secara tertulis atau tidak, selanjutnya dilakukan penyelesaian masalah sesuai dengan rencana tidak, selanjutnya dilakukan penyelesaian masalah sesuai rencana dengan yang dianggap paling tepat. yang paling tepat dianggap. Dan langkah terakhir dari proses penyelesaian
d.      Melakukan pengecekan
Melakukan penilaian terhadap solusi yang didapat. Dan langkah terakhir dari proses penyelesaian masalah menurut Polya adalah melakukan pengecekan atas apa yang telah masalah menurut polya adalah melakukan pengecekan atas apa yang telah dilakukan mulai dari fase pertama sampai fase penyelesaian ketiga. mulai dari dilakukan fase pertama sampai fase penyelesaian ketiga. Dengan Dengan cara seperti ini maka berbagai kesalahan yang tidak perlu dapat terkoreksi cara seperti ini maka berbagai kesalahan yang tidak njaluk dapat terkoreksi kembali sehingga siswa dapat sampai pada jawaban yang benar sesuai dengan kembali sehingga siswa dapat sampai pada jawaban yang benar sesuai dengan masalah yang diberikan. masalah yang diberikan. Reif et al. (Docktor, 2006: 13) mengungkapkan bahwa strategi problem

Keempat tahapan ini lebih dikenal dengan See (memahami problem), Plan (menyusun rencana), Do (melaksanakan rencana) dan Check (menguji jawaban), sudah menjadi jargon sehari-hari dalam penyelesaian problem sehingga Polya layak disebut dengan “Bapak problem solving  .”
See
(memahami Masalah)
Do
(melaksanakan rencana)
Check
(pengecekan masalah)
Plan
(menyusun rencana)
 








Gambar 1. Siklus Tahapan problem solving   menurut George Polya
Banyak ahli lain yang menjelaskan bentuk penerapan Problem solving  . John Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan amerika menjelaskan 6 langkah metode pemecahan masalah (problem solving ), yaitu:
1.      Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan.
2.      Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang.
3.      Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
4.      Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.
5.      Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.
6.      Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.
David Johnson & Jhonson mengemukakan ada 5 langkah metode pemecahan masalah (problem solving  ) melalui kegiatan kelompok.
1.      mendefinisikan masalah, yaitu merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang mengandung isu konflik, hingga siswa menjadi jelas masalah apa yang akan dikaji. Dalam kegiatan ini guru bisa meminta pendapat dan penjelasan siswa tentang isu-isu hangat yang menarik untuk dipecahkan.
2.      mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah, serta menganalisis berbagai faktor baik faktor yang bisa menghambat maupun faktor yang dapat mendukung dalam penyelesaian masalah. Kegiatan ini bisa dilakukan dalam diskusi kelompok kecil, hingga pada akhirnya siswa dapat mengurutkan tindakan-tindakan prioritas yang dapat dilakukan sesuai dengan jenis penghambat yang diperkirakan.
3.      merumuskan alternatif  strategi, yaitu menguji setiap tindakan yang telah dirumuskan melalui diskusi kelas. Pada tahapan ini setiap siswa didorong untuk berpikir mengemukakan pendapat dan argumentasi tentang kemungkinan setiap tindakan yang dapat dilakukan.
4.      menentukan dan menerapkan strategi pilihan, yaitu pengambilan keputusan tentang strategi mana yang dapat dilakukan.
5.      melakukan evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil. Evaluasi proses adalah evaluasi terhadap seluruh kegiatan pelaksanaan kegiatan; sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi terhdap akibat dari penerapan strategi yang diterapkan.Berdasarkan pendapat dua ahli tersebut intinya sama yakni langkah langkahBBBB
Berdasarkan pendapat kedua ahli  tersebut memiliki pengertin yang sama yakni langkah-langkah problem soving digunakan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam problem soving digunakan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam, mengidentifikasi , mengembangkan kemampuan berpikir alternatif, dan mengidentifikasi, mengembangkan kemampuan berpikir alternatif, proses kemampuan mengambil keputusan berdasarkan alternatif yang tersedia. kemampuan mengambil keputusan berdasarkan alternatif yang tersedia.
ED. Landasan Filosofis dan Psikologis Model Pembelajaran Problem Solving..  Landasan filosofis proses psikologis embelajaran problem solving  
Model pembelajaran problem solving banyak diilhami oleh filsafatPembelajaran problem solving  banyak diilhami oleh filsafat konstruktivisme yang dikembangkan oleh Jean Piaget. yang dikembangkan oleh konstruktivisme Piaget. Pandangan filsafat Pandangan filsafat konstruktivisme tentang hakekat pengetahuan mempelajari tentang proses belajar, pengetahuan tentang hakekat konstruktivisme mempelajari tentang proses belajar, bahwa belajar bukanlah sekedar menghapal tetapi proses mengkontruksi melalui bahwa belajar bukanlah sekedar menghapal tetapi melalui proses mengkontruksi pengalaman. pengalaman. Pandangan Piaget tentang bagaimana sebenarnya pengetahuan itu Pandangan piaget tentang bagaimana sebenarnya pengetahuan itu terbentuk dalam struktur kognitif anak sangat berpengaruh terhadap model struktur kognitif terbentuk anak dalam, sangat berpengaruh terhadap model yang pembelajaran yang peneliti kembangkan yakni model pembelajaran problem yang pembelajaran peneliti kembangkan model pembelajaran yakni masalah solving. pemecahan. Dilihat dari aspek filosofis tentang fungsi sekolah sebagai arena atau Dilihat dari aspek filosofis tentang fungsi sekolah sebagai arena atau wadah untuk mempersiapkan anak didik agar dapat hidup di masyarakat, maka wadah untuk mempersiapkan anak didik agar dapat hidup di masyarakat, maka model pembelajaran problem solving merupakan model yang memungkinkan dan model pembelajaran problem solving  merupakan model yang memungkinkan proses sangat penting untuk dikembangkan. sangat result untuk dikembangkan. Hal ini disebabkan pada kenyataannya setiap Hal ini disebabkan pada kenyataannya setiap manusia akan selalu dihadapkan pada masalah. manusia akan selalu dihadapkan pada masalah. Dari mulai masalah yang Mulai dari masalah yang sederhana sampai ke masalah yang kompleks, dari mulai masalah pribadi sampai sederhana sampai yang kompleks ke masalah, mulai dari masalah pribadi sampai
kepada masalah keluarga, masalah sosial kemasyarakatan, masalah negara sampai kepada masalah keluarga, masalah sosial kemasyarakatan, masalah negara sampai kepada masalah dunia. kepada masalah dunia. Model pembelajaran problem solving inilah diharapkan
Problem solving   diharapkan dapat memberikan latihan dan kemampuan setiap individu untuk dapat dapat memberikan latihan kemampuan setiap individu proses untuk dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya. menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
Dilihat dari aspek psikologis belajar bersandarkan pada aliran belajar dilihat dari aspek psikologis belajar bersandarkan pada aliran belajar kognitif. kognitif. Menurut aliran ini belajar pada hakekatnya adalah proses mental dan Menurut aliran ini belajar adalah proses pada hakekatnya proses mental danproses berpikir dengan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki setiap individu proses berpikir dengan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki setiap ekor secara optimal. secara optimal. Belajar lebih dari sekadar menghafal dan menumpuk ilmu Belajar lebih dari sekadar menghafal proses menumpuk ilmu pengetahuan, tetapi bagaimana pengetahuan yang diperolehnya bermakna untuk pengetahuan, tetapi bagaimana pengetahuan yang diperolehnya bermakna untuk siswa melalui ketrampilan berpikir. siswa melalui ketrampilan berpikir. Aliran belajar kognitif selanjutnya melahirkan
Menurut teori konstruktivisme, pengetahuan itu akan bermakna apabila dicari dan ditemukan sendiri oleh peserta didik bukan hasil pemberian orang lain proses dicari ditemukan oleh peserta didik sendiri bukan hasil pemberian orang lain termasuk guru. termasuk guru. Setiap individu harus berusaha dan mampu mengembangkan Setiap individu berusaha harus mampu mengembangkan proses pengetahuannya sendiri melalui skema yang ada dalam struktur kognitifnya. pengetahuannya melalui skema sendiri yang ada dalam, struktur kognitifnya. Skema ini harus terus menerus harus diperbaharui dan diubah melalui proses Skema ini harus terus menerus diperbaharui harus diubah melalui proses proses asimilasi dan akomodasi, dengan demikian tugas guru adalah memotivasi peserta asimilasi akomodasi proses, dengan demikian tugas guru adalah memotivasi peserta didik untuk mengembangkan skema yang terbentuk melalui proses asimilasi dan untuk didik mengembangkan skema yang terbentuk melalui proses asimilasi proses akomodasi tersebut, Peaget ( Sanjaya,2007:194). akomodasi tersebut, peaget (sanjaya, 2007:194). Pandangan Pandangan ini ini banyak banyak didasarkan pada teori Piaget. didasarkan teori piaget pada. Piaget mengemukakan bahwa siswa dalam segala Piaget mengemukakan bahwa siswa dalam, segala usia secara aktif terlibat dalam proses perolehan informasi dan membangun usia secara aktif terlibat dalam, proses perolehan informasi proses membangun pengetahuan mereka sendiri. pengetahuan mereka sendiri. Pengetahuan tidak bersifat statis tetapi terus Pengetahuan bersifat statis tetapi tidak terus berevolusi. berevolusi. Pengetahuan tumbuh dan berkembang pada saat pembelajar Pengetahuan tumbuh berkembang pada saat proses pembelajar menghadapi pengalaman baru. pengalaman menghadapi baru. Pengalaman baru ini memaksa mereka untuk Pengalaman baru ini memaksa mereka untuk membangun dan memodifikasi pengetahuan awal mereka. membangun proses memodifikasi pengetahuan awal mereka. Setiap pengetahuan Setiap pengetahuan mengandalkan suatu interaksi dengan pengalaman. interaksi suatu mengandalkan dengan pengalaman. Tanpa interaksi dengan objek , Tanpa interaksi dengan objek, seorang anak tidak dapat mengkontruksi pengetahuannya. tidak seorang anak dapat mengkontruksi pengetahuannya. Seperti halnya Piaget, Vygotsky juga percaya bahwa perkembangan Seperti halnya piaget, Vygotsky juga percaya bahwa perkembangan intelektual terjadi pada saat individu berhadapan dengan pengalaman baru dan pada saat terjadi intelektual individu berhadapan dengan pengalaman baru proses menantang dan ketika mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang yang menantang ketika mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang yang dimunculkan oleh pengalaman ini. dimunculkan. Untuk memperoleh pemahaman individu Untuk memperoleh pemahaman ekor mengkaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan awal yang telah dimiliki. pengetahuan baru mengkaitkan dengan pengetahuan awal yang telah dimiliki. Piaget memandang bahwa tahap-tahap pengembangan intelektual individu Melalui tantangan dan bantuan dari guru Melalui tantangan proses bantuan dari guru atau teman sejawat yang lebih mampu, siswa bergerak ke zona pengembangan atau teman sejawat yang lebih mampu, mengantarkan siswa  ke zona pengembangan terdekat mereka dimana pembelajaran baru terjadi. terdekat mereka dimana pembelajaran baru terjadi.
F. Kelebihan dan kekurangan Teori Pembelajaran Problem Solving
Keunggulan dari model pembelajaran problem solving ini antara lain: 1) Kelebihan dari problem solving   pembelajaran problem solving   ini antara lain:
1.      problem solving   merupakan pemecahan masalah   yang bagus yang untuk memahami isi pelajaran,
2.      siswa dapat menantang kemampuan serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa, 3) dapat meningkatkan aktifitas pengetahuan menemukan baru bagi siswa,
3.      dapat meningkatkan aktifitas pembelajaran siswa, 4) dapat membantu siswa bagaimana mentransfer siswa pembelajaran,
4.      dapat membantu bagaimana mentransfer siswa pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata, 5) dapat pengetahuan mereka memahami untuk masalah dalam, kehidupan nyata,
5.      dapat mengembangkan kemampuan siswa berpikir kritis dan mengembangkan mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa mengembangkan proses
6.      kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru, 6) kemampuan mereka menyesuaikan untuk dengan pengetahuan baru,
7.      memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata. yang mereka miliki dalam, dunia kehidupan sehari.
Kelemahan dari model pembelajaran problem solving adalah : 1) Kelemahan problem solving   pembelajaran problem solving   adalah:
1.      Kurangnya kesiapan guru siswa proses untuk berkolaborasi dalam, memecahkan
2.      masalah yang diangkat membuat model ini tidak efektif, 2) model pembelajaran masalah yang diangkat cara membuat problem solving   ini tidak efektif,
3.      Problem solving   pembelajaran ini membutuhkan waktu yang lama dalam segi persiapan, 3) manakala siswa tidak ini membutuhkan waktu yang lama segi dalam, persiapan,
4.      Saat siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang memiliki minat atau tidak mempunyai masalah kepercayaan bahwa yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka merasa enggan untuk mencoba. sulit dipelajari untuk dipecahkan, maka mereka merasa tidak mau untuk mencoba.

C.  Penutup
Kesimpulan
a.       Munculnya metode belajar Problem Solving didasari oleh teori konstruktivisme yang berprinsip bahwa siswa harus membangun pengetahuannya sendiri, agar pembelajaran yang dialaminya bermakna. Seorang matematikawan bernama George Polya tertarik terhadap metode ini dan  Polya banyak membahasa mengenai Problem solving, maka dari itu Polya disebut sebagai Bapak Problem solving
b.      Metode problem solving   mulai berkembang dengan lahirnya teori belajar konstruktivisme.  George Polya (1880-1943) ialah seorang matematikawan yang sangat sering mebahas megenai problem solving   yang meneliti tentang pengamatan dan problem solving  .
c.        Problem solving    adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis masalah menjadikan sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis proses disintesis dalam usaha mencari pemecahan masalah atau jawabannya oleh siswa. dalam, usaha mencari pemecahan atau jawabannya masalah oleh siswa.
d.      Tahapan-tahapan Problem solving   
1.      Memahami masalah
2.      Menyusun rencana
3.      Melaksanakan rencana
4.      Melakukan pengecekan
e.       Landasan filosofis proses psikologis pembelajaran Problem Solving   adalah Model pembelajaran problem solving banyak diilhami oleh fia   bahwa belajar bukanlah sekedar menghapal tetapi melalui proses mengkontruksi pengalaman. pengalaman. Pandangan Piaget tentang bagaimana sebenarnya pengetahuan itu Pandangan tentang bagaimana sebenarnya pengetahuan itu terbentuk dalam struktur kognitif anak sangat berpengaruh terhadap model struktur kognitif terbentuk pada anak.
f.       Proses belajar dalam Pandangan Metode  problem solving menganut pada teori konstruktivistik yang menekankan pada pemahaman (understanding) juga menghapus misunderstanding, serta memecahkan persoalan dalam konteks menghilangkan kesalahpahaman, serta memecahkan persoalan dalam, konteks pemaknaan yang dimiliki siswa. pemaknaan yang dimiliki siswaProses strategis yang dilakukan dimulai dari cara. Dengan Dengan demikian siswa mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari dari suatu fakta atau data siswa mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari dari suatu fakta atau data yang lapangan yang dijumpai yang diolah melalui proses induktif. lapangan yang dijumpai diolah melalui proses yang induktif. Problem solving
g.      Adapun beberapa Kelebihan dan kekurangan metode Pembelajaran Problem Solving
Keunggulan dari model pembelajaran problem solving ini antara lain: 1)            Kelebihan dari metode problem solving  antara lain: a) problem solving   merupakan pemecahan masalah   yang bagus yang untuk memahami isi pelajaran; b) siswa dapat menantang kemampuan serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa, 3) dapat meningkatkan aktifitas pengetahuan menemukan baru bagi siswa; c) dapat meningkatkan aktifitas pembelajaran siswa, 4) dapat membantu siswa bagaimana mentransfer siswa pembelajaran
Kelemahan dari model pembelajaran problem solving adalah : 1)            Kelemahan problem solving   pembelajaran problem solving   adalah a) Kurangnya kesiapan guru siswa proses untuk berkolaborasi dalam, memecahkan; b) masalah yang diangkat membuat model ini tidak efektif, 2) model pembelajaran masalah yang diangkat cara membuat problem solving   ini tidak efektif; c) Problem solving   pembelajaran ini membutuhkan waktu yang lama dalam segi persiapan, 3) manakala siswa tidak ini membutuhkan waktu yang lama segi dalam, persiapan









DAFTAR PUSTAKA

Arens, Richard I.2008. Learning to teach. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Sumiati, Asra. 2007. Metode Pelajaran. Bandung : CV Wacana Prima


1 komentar:

  1. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ( Mendikbud) mengumumkan secara resmi rencana seleksi guru PPPK - PNS tahun 2022
    menyatakan, guru honorer yang SDH mengabdi lama bisa menjadi Aparatur Sipil Negara ( ASN) lewat skema Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kontrak PPPK Dan PNS

    "Kemendikbud akan menyediakan materi pembelajaran secara daring untuk membantu tenaga HONORER mempersiapkan diri sebelum ujian seleksi penerimaan pegawai kontrak PPPK sampai PNS

    Dan khusus untuk teman2 Honorer yang sudah mengabdi lama yang ingin masuk prioritas pengangkatan langsung lulus Tes PPPK Dan CPNS - PNS bisa m'hubungi staf direktur aparatur sipil negara bapak hj Gunawan dafit semoga beliau bisa bantu,

    Dan Alhamdulillah sekali lagi terima kasih kepada staf direktur aparatur sipil negara
    BPK Drs hj Gunawan dafit semoga bapak sehat selalu dan diberi umur panjang semoga kredibel kinerja bpk selalu meningkat dari tahun" kemarin, bagi teman teman yang ada masalah di bidan guru dan kepegawaian pemerintahan silahkan hub BPK dafit no hp beliau ☎️ 081249264549 semoga beliau bisa bantu dari segala masalah anda seperti yang saya alami kemarin, semoga petunjuk dari saya ini bisa jadi motivasi anda dan bisa jadi amal ibadah saya sekeluarga amin. Terima kasih



    BalasHapus