Senin, 10 Oktober 2011

Siklus Sel Dan Pembelahan Sel


SIKLUS SEL
            Sel adalah unsur terkecil yang menyusun suatu organisme. Dalam perjalanan hidupnya, sel tidaklah statis, namun ia senantiasa melakukan kegiatan memperbayak diri Dalam konteks perkembangbiakan pembelahan sel bertujuan agar reproduksi dan embriyogenesis dapat berkelanjutan. Sel induk gamet (gametogonium) harus terlebih dahulu berploriferasi, setelah itu gametosit mengalami pembelahan reduksi. Bila pembuahan terjadi, maka embriogenesis terjadi, yang pada prinsipnya berlangsung dengan cara perbanyakan sati sel zygote menjadi ribuan sampai milyaran sel. Peristiwa tersebut selalu terulang dalam perjalanan hidupnya dan membentuk sebuah siklus yang dinamakan Siklus Sel.  Sel yang bereproduksi dengan cara mengandakan isinya dengan kemudian memisahkan menjadi dua. Siklus pembelahan sel merupakan cara mendasar bagi organisme untuk perkembangbiakan. Pertumbuhan dan perkembangan sel tergantung dari pertumbuhan sel dan perbanyakan sel. Hal ini berlaku untuk makhluk hidup uniselluler dan multiseluler.
Secara umum setiap sel mempunyai dua periode dalam siklus selnya yaitu periode interfase dan periode pembelahan. Siklus ini diulang pada setiap generasi sel, tetapi lamanya siklus sangat bervariasi pada jenis sel yang berbeda. Beberapa ada yang memiliki siklus yang pendek dengan seringnya pembelahan yang terjadi, sebagian lainnya memiliki siklus yang panjang atau bahkan mengalami interfase sepanjang kehidupan organisme.
Secara umum periode sel terdiri dari dua periode yaitu periode interfase (istirahat/senggang) dan periode pembelahan. Di sini periode interfase terbagi atas periode G dan S. G berasal dari kata gap (senggang) dan S berasal dari kata synthesis.
Periode G1 adalah periode sel aktif mansintesa ARN dan protein. Inti dan sitoplasma membesar. Lamanya 30-40% dari waktu daur. Sel bersiap untuk mitosis.
Periode S adalah periode aktif mensintesa AND anak yang disebut replikasi. Lamanya juga 30-40% dari waktu satu daur. Pada akhitnya terjadi penggandaan kromatin.
Periode G2 adalah persiapan sitoplasma untuk membelah, lamanya 10-20% dari waktu daur. G2 segera disusul dengan pembelahan sesungguhnya.
Pada jurnal Telaah Beberapa Fungsi Titik-Uji Siklus Pembelahan Sel Fase G1 dan S Dari Inhibitor Kinase-bergantung-siklin SIC1 Untuk dapat menentukan proses yang dipantau oleh fungsi titik-uji dari Sic1, dalam penelitian ini telah dilakukan telaah terhadap pengaruh pelesapan gen SIC1 terhadap beberapa proses fase G1dan S yang telah diketahui. Telaah ini dimulai dengan meneliti respon sel Δsic1 terhadap kerusakan DNA akibat sinar UV dan sinar-γ. Pada sel mamalia, sebagai respon terhadap kerusakan DNA akibat penyinaran-γ, protein penghambat tumor p53 akan menginduksi transkripsi suatu CKI (=Cyclin dependent kinase inhibitor = inhibitor kinase-bergantung-siklin) mamalia, yakni p21CIP1. p21CIP1 yang terinduksi sintesisnya, akan menghentikan siklus sel, sehingga memberi waktu bagi sel untuk memperbaiki kerusakan pada DNA, atau bila kerusakan tak dapat diperbaiki, menyebabkan sel mengalami apoptosis (El-Deiry dkk., 1994). Pada penelitian ini, ternyata sel Δsic1 tidak memberikan respon berbeda dengan sel SIC1+ terhadap sinar UV, meskipun sel Δsic1 ternyata lebih tahan terhadap sinar-γdibandingkan sel SIC1+. Ketahanan yang meningkat terhadap sinar-γdari sel Δsic1 dibandingkan sel SIC1+ kemungkinan disebabkan bagian terbesar (70%) dari sel Δsic1 dalam kultur yang digunakan berada pada fase G2 (Nugroho & Mendenhall, 1994; Nugroho, 1998). Sel pada fase G2 lebih tahan terhadap sinar ionisasi daripada sel pada fase G1 (Brunborg & Williamson, 1978).
            Berbeda dengan kultur Δsic1, jumlah sel SIC1+ yang berada pada fase G1 dan G2 pada kultur sama banyak (Nugroho & Mendenhall, 1994; Nugroho, 1998). Sel G2 lebih tahan terhadap sinar-γ karena pemutusan rantai DNA dapat dengan mudah diperbaiki secara rekombinasi dengan rantai kedua (Brunborg & Williamson, 1978). Penelitian lanjutan dibutuhkan untuk memastikan bahwa Sic1 benar-benar tidak dibutuhkan untuk memantau kerusakan DNA pada sel-sel khusus G1, dengan mensinkronkan kultur Δsic1 sehingga semua sel dipaksa berada pada G1 sebelum penyinaran dengan sinar-γ. Meskipun demikian, data sementara menunjukkan bahwa Sic1 tidak dibutuhkan untuk memantau kerusakan DNA akibat sinar UV maupun sinar-γ. Salah satu sifat dari mutan sel yang telah kehilangan suatu protein titik-uji adalah kemampuan menyelamatkan sel tersebut dari kematian jika siklus sel dihentikan atau diperlambat dengan pemaksaan dari luar, misalnya dengan penambahan suatu zat kimia yang akan menghentikan siklus sel pada titik yang secara normal dihentikan oleh protein titik-uji termaksud. Usaha penyelamatan sel Δsic1 dengan memperpanjang waktu siklus sel menggunakan kadar rendah dari hidroksiurea maupun menggunakan sumber karbon yang kurang baik seperti gliserol/alkohol, gagal menurunkan angka kematian sel-sel Δsic1. Hal ini mungkin disebabkan hidroksiurea memperpanjang waktu fase S, dan gliserol/alkohol memperpanjang fase awal G1 sebelum START, sedangkan Sic1 kemungkinan dibutuhkan pada fase akhir G1, antara START dengan fase S (perbatasan G1-S). Hingga kini belum ditemukan metode yang dapat menghentikan siklus sel khusus pada perbatasan G1/S, maupun memperlambat waktu akhir G1 setelah START (sebelum fase S), sehingga masih sukar untuk memastikan fungsi Sic1 pada perbatasan G1/S. Penelitian ini belum berhasil mengidentifikasi proses siklus sel yang dipantau fungsi titik-uji Sic1. Akan tetapi dari telaah yang telah dilakukan di sini, ditambah telaah yang dilakukan sebelumnya tentang peranan Sic1 dalam pembentukkan gelendong mikrotubula (Nugroho & Mendenhall, 1994) membantu kita dalam mengeliminasi proses-proses yang terbukti tidak dipantau oleh Sic1, yakni replikasi dan perbaikan DNA, pembentukan gelendong mikrotubula, respon terhadap feromon perjodohan, dan respon terhadap kekurangan nutrisi. Salah satu kunci dari proses yang mungkin dipantau oleh Sic1 adalah analisis keturunan yang menunjukkan bahwa terdapat ketidak simetrisan dalam kematian sel induk dengan sel turunan pada sel-sel Δsic1 (Nugroho & Mendenhall, 1994). Sic1 mungkin memantau keabsahan pembentukan kuncup sel (budding) yang menghendaki pengaturan kerangka sel (cytoskeleton) dan inti-sel (nucleoskeleton) yang kompleks. Pembentukan yang terlalu dini dari unsur-unsur struktur sel ini dapat menyebabkan peningkatan kematian dan kerusakan kromosom yang dijumpai pada sel turunan dalam kultur Δsic1. Hingga ditemukan metode yang dapat khusus merusak proses pembentukan kuncup, teori ini belum dapat dibuktikan.
Pada jurnal The cell cycle: a review of regulation, deregulation and therapeutic targets in cancer Pembelahan sel terdiri dari dua proses berturut-turut, terutama ditandai dengan  replikasi DNA dan segregasi kromosom direplikasi menjadi dua sel terpisah.  Awalnya, pembelahan sel dibagi menjadi dua tahap: mitosis (M), yaitu proses pembelahan nuklir, dan interfase, Tahapan mitosis meliputi profase, metafase, anafase dan telofase. Di bawah mikroskop, sel-sel interfase hanya tumbuh dalam ukuran, tetapi berbedateknik ent mengungkapkan bahwa interfase meliputi G1 , S dan G2 Replikasi DNA terjadi di bagian tertentu dari interfase yang disebut fase S. S didahului oleh celah yang disebut G1 di mana sel sedang mempersiapkan untuk sintesis DNA dan diikuti oleh celah yang disebut G2 di mana sel mempersiapkan untuk mitosis. G1, S, G2 dan M.  Fase  adalah subdivisi tradisional dari siklus sel bisa, sebelum komitmen untuk replikasi DNA, masukkan keadaan istirahat disebut G0 Sel di G untuk utama part of the non-growing, non-proliferating cells in the human body. bagian dari sel non-tumbuh, non-proliferasi dalam tubuh manusia
Dalam jurnal Mitotic Spindle Proteomics in Chinese Hamster Ovary Cells dijelaskan bahwa Mitosis adalah proses dasar dalam pengembangan dari semua organisme. Panduan mitosis sel spindle melalui mitosis karena menengahi segregasi kromosom, orientasi alur belahan dada, dan perkembangan pembelahan sel. Cacat lahir dan kanker spesifik jaringan sering hasil dari kelainan pada peristiwa mitosis. Di sini, kami melaporkan sebuah studi proteomika dari gelendong mitosis dari indung telur hamster Cina (CHO) sel. Empat isolasi berbeda dari metafase spindle menjadi sasaran Multi-dimensi Identifikasi Teknologi Protein (MudPIT) analisis dan spektrometri massa tandem. Kami mengidentifikasi protein dan digunakan 1155 Gene Ontology (GO) analisis untuk mengkategorikan kelompok protein menjadi komponen selular. Kami kemudian dibandingkan data kami dengan protein yang sebelumnya diterbitkan CHO midbody proteoma dan diidentifikasi yang unik untuk poros CHO. Data kami mewakili gelendong mitosis proteome pertama di sel CHO, yang menambah daftar komponen gelendong mitosis dari sel-sel mamalia.

PEMBELAHAN SEL
MITOSIS
Pada fase persiapan terbagi atas tiga periode , yang pertama dalah periode G1 (Gap 1); waktu senggang. Periode sel sedang aktif mensintesa ARN (transkripsi) dan protein (transisi) serta membentuk sitoplasma baru, yang nantinya merupakan bahan untuk membina sel anak. Peristiwa ini mendorong inti dan sitoplasma membesar. Lama G1 30-40% dari waktu daur.
Fase S (sintesa)Merupakan masa aktif mensintesa ADN (replikasi). Dengan replikasi terbentuk bahan genetic baru yang persis sama susunan AND-nya dengan yang lama. Dengan demikian sel anak mengandung bahan genetis yang sama dengan sel induk.
Fase  G2 merupakan masa persiapan sitoplasma untuk membelah dan merampungkan bahan yang disintesa pada periode G1. Nucleus masih nyata dibungkus membran inti mengandung satu atau lebih nucleoli. Dua sentrosom (pusat organisasi mikrotubul) muncul di luar inti, terbentuk selama awal interfase melalui proses replikasi dari sentrosom tunggal (pada sel hewan setiap sentrosom mempunyai ciri terdiri atas sepasang sentriol). Mikrotubul meluas dari sentrosom dalam susunan radial dinamakan aster (stars = bintang). Kromosom telah menduplikasi (selama fase S) tetapi dalam keadaan ini tidak dapat dibedakan sendiri-sendiri, karena masih dalam bentuk serabut kromatin yang terkemas longgar. Pada periode ini semua bahan sitoplasma dan organel menjadi rangkap dua. Lamanya 10-20% dari waktu daur. Periode ini segera disusul oleh pembelahan (mitosis).
Pembelahan mitosis, memiliki 4 fase yaitu:
Profase
Pada periode ini terjadi perubahan pada nucleus dan sitoplasma. Pada nucleus, nukleuli menghilang. Serabut-serabut kromatin menjadi lebih menggulung rapat dan melipat sehingga kian pendek dan tebal berubah menjadi kromosom, yang besar dan tampak jelas. Kromosom kemudian berduplikasi menjadi dua kromatid anak yang sama, dan kemudian bergabung pada sentromer. Spindle mitosis terbentuk di sitoplasma, tersusun dari mikrotubul dan bergabung dengan protein, tersusun teratur di antara dua sentrosom. Selama profase sentrosom bergerak berlawanan satu sama lain dan nampaknya bergerak sepanjang permukaan inti melalui pemanjangan berkas mikrotubul diantara dua sentrosom.
Prometafase
Selama prometafase membrane inti terpotong-potong. Mikrotubul dari spindle sekarang dapat masuk ke dalam inti dan berhubungan dengan kromosom yang telah menjadi lebih padat. Berkas mikrotubul dinamakan serabut spindel, yang meluas dari setiap kutub kea rah ekuator sel. Setiap kromatid dari kromosom kini memiliki struktur khusus yang dinamakan kinetokor, yang terletak pada daerah sentromer. Mikrotubul yang menambat pada kinetokor dinamakan mikrotubul-kinetokor. Struktur ini menyebabkan kromosom bergerak. Mikrotubul yang lain, mikrotubul-nonkinetokor, tersusun radier dari kutub menuju ke ekuator sel tanpa menambat pada kromosom.
Metafase
Sentrosom berada pada kedua kutub sel yang berlawanan. Kromosom berada pada bidang metaphase, bidang yang mempunyai jarak yang sama antara spindle kedua kutub. Spindel sentromer dari semua kromosom lurus satu sama lain pada bidang metaphase. Untuk setiap kromosom, kinetokor dari permukaan kromatid anak berlawanan kutub sel. Karena itu kromatid yang sama dari setiap kromosom menambat pada mikrotubul-kinetokor yang tersusun radier dari kutub yang berlawanan dari sel induk. Serat gelendong terbentuk sempurna antara kutub, kromosom menggantung pada serat gelendong tersebut lewat sentromernya, dan semua bergerak ke bidang ekuator hingga kromosom terletak pada satu bidang datar. Pada jurnal Three-dimensional analysis of mitosis and cytokinesis in the binucleate parasite Giardia intestinalis,  Setelah menyelesaikan migrasi nuklir, mikrotubulus sekitarnya setiap nukleus membentuk dua bipolar independen  spindle, ditumpuk pada bidang dorsal-ventral (Gambar 2C, F). Para kutub gelendong menentang masing-masing yang berorientasi sepanjang leftright sumbu sel. Kromatin itu berkerumun erat di pusat setiap sumbu spindle sehingga individu kromosom tidak terlihat. Kami tidak dapat mengamati metafase kanonik alignment dari sentromer sepanjang metafase piring. Pada saat ini, centrin lokal ke masing-masing empat tiang spindle.

 Anafase
Fase  kembalinya kromosom ke kutub bersebrangan. Sentromer dari setiap kromosom mengganda, sehingga setiap kromatid memiliki sentromer sendiri-sendiri. Setiap kromatid sekarang dianggap sebagai calon kromosom. Spindle mulai menggerakkan kromatid menuju kutub sel yang berlawanan. Hal ini dikarenakan mikrotubul kinetokor menambat pada sentromer. Mikrotubul kinetokor memendek ketika kromosom mendekati kutub sel. Pada saat yang bersamaan kutub dari sel juga bergerak lebih jauh. Akhir dari anafase kedua kutub sel sama jaraknya dan merupakan kumpulan dari kromosom.
Telofase
Telofase adalah fase akhir. Pada fase ini sel induk menjadi dua sel anak.
Pada fase telofase, mikrotubul nonkinetokor selalu memanjang dan anak inti mulai terbentuk pada kedua kutub sel, dan kromosom berada dalam keadaan terhimpun. Membrane inti terbentuk dari potongan-potongan membrane inti sel induk dan bagian lain dari system endomembran. Pada fase profase dan prometafase selanjutnya nucleoli nampak kembali dan serabut kromatin dari masing-masing kromosom menjadi kurang erat memilin. Mitosis merupakan pembelahan dari satu inti menjadi dua inti yang secara genetic sama.
Pada jurnal telofase, bundel mikrotubulus dengan ujung fokus diperpanjang antara inti  ada setiap sisi sel menggantikan  array poros bipolar . Kita menafsirkan struktur ini
sebagai mikrotubulus gelendong yang tersisa setelah kehilangan terfokus kutub gelendong. Kami tidak dapat mengesampingkan pembentukan ini struktur dari polimerisasi novo de mikrotubulus; Namun, de novo asal tidak mungkin mengingat bahwa antara
struktur tidak diamati. Para cenH3 tunggal:: GFP fokus  diamati dalam inti putri menunjukkan bahwa sentromer tetap berkerumun dalam inti telofase. Selama telofase, dua centrin fokus pada setiap sisi inti bergerak dari posisi mereka di dekat anafase sel pinggiran posisi mereka antara setiap pasangan inti seperti yang terlihat dalam interfase (Gambar 2K). Dengan timbulnya sitokinesis, DNA adalah decondensed, cenH3:: GFP fokus terlihat di seluruh
nukleus, inti itu berdekatan satu sama lain dan semua struktur cytoskeletal adalah regenerasi (dijelaskan di bawah). Untuk melengkapi sitokinesis, alur terbentuk pada akhir anterior
menciptakan sel sel berbentuk hati stadium empat nuklir (Gambar 2I, L). Alur maju dari anterior ke posterior, pada membujur pesawat, memisahkan sisi kiri dan kanan
jantung menjadi dua sel anak. Akibatnya, setiap sel anak mewarisi dua inti masing-masing berasal dari satu kiri dan satu kanan inti sel ibu.

MEIOSIS
            Meiosis adalah bentuk pembelahan inti yang sangat penting diantara reproduksi seksual organisme. Meiosis terjadi pada organisme ekuariot, yang selnya mengandung jumlah kromosom diploid. Dioploid berarti rangkap, dalam artian bahwa informasi genetik pada salah satu kromosom dapat dijumpai pada bentuk yang sama ( atau termodifikasi) pada kromosom kedua didalam inti. Pada Jurnal A Mad parthner for shugoshin in meiosis
Spindle mikrotubulus lampiran kromatid anakan di mitosis, dan bivalents dalam meiosis, terjadi asynchronous. Dalam setiap kasus, sistem pengintaian yang disebut pos pemeriksaan spindle mencegah pemisahan prematur mereka, dengan memblokir APC / CCdc20 sampai semua kromosom benar melekat padabspindle (Musacchio dan Salmon, 2007). Pusat untuk spindlebsinyal pos adalah aktivasi konformasi twostate yang protein Mad2 (Luo dan Yu, 2008; Gambar 1). Mad2 telah dua penurut native dilipat, 'terbuka' Mad2 (O-Mad2) dan 'Tertutup' Mad2 (C-Mad2). Setelah aktivasi pos pemeriksaan, yang
Mad1-C-Mad2 kompleks inti di kinetochores terikat  merekrut sitosolik O-Mad2 melalui O-C-Mad2 dimerisasi  dan mengkonversi ke 'menengah' Mad2 (I-Mad2). I-Mad2 bisa  memisahkan dari kompleks inti melalui pembentukan ketat  Cdc20-C-Mad2 kompleks, yang menghasilkan penghambatan APC/CCdc20, dan dengan demikian separase aktivasi.
 Kedua kromosom membentuk pasangan sedemikian yang dinamakan homolog. Sel diploid manusia mengandung 46 kromosom, atau 23 pasang homolog ke 46 kromosom dari zigote terbentuk dari fertilisasi, yang berasal dari sel sperma dan sl telur yang masing-masing gamet memberikan satu anggotanya dari setiap pasangan homolognya. Pemembelahan meiosis terdiri atas 2 tahap yaitu:  Meiosis pertama (I) dan Meiosis kedua (II)

Meiosis I
Interfase I
Meiosis didahului oleh interfase, dimana setiap kromosom mengalami proses replikasi. Proses ini menyerupai pada replikasi kromososm mitosis. Untuk setiap kromosom, stiap kromatid ( anak) menyerupai sifat genetik yang sama menambat pada sntromer. Ada sepasang sentriol (pada sel hewan) juga mengalami replikasi untuk membentuk dua pasang.

Profase I
Profase meiosis I dibagi atas 5 sub-tahap: leptoten, zigoten, pakiten, diloten, dan diakinesis.
Leptoten     :Kromatin terpilin menjadi kromosom. Terdapat 2 pasang kromosom homolog
Zigoten       :Kromosom homolog mengandeng; sebelah berasal dari kromosom induk (kromosom matroklin) dan sebelah lain dari kromosom bapak (kromosom patroklin). Dibeberapa tempat terjadi persilangan (chiasma; jamak: chiasmata).
Pakiten       : Kromosom homolog mengandeng rapat sepanjang lengannya, dari pangkal ke ujung terbentuk tetrade.
Diploten     : Setiap kromosom membelah longitudinal membentuk dua kromatid, sentromer masih satu terjadi chiasmata pada beberapa tempat natara kromatid homolog; dari chiasmata timbul crossing over.
Diakinesis   : Kromosam (kromatid) mencapai pilinan maksimal, sehingga mencapai besar maksimal pula. Kromosom homolog merenggang, nukleus menghilang, selapu inti hancur, sentriol menganda dan setiap pasang menuju kutub berseberangan.
Metafase I
kromosom-kromosom homolog yang saling mengadakan sinapsis tadi berjajar di pelat metafase. Selanjutnya pada fase anafase I, masing-masing kromosom homolog akan ditarik ke arah kutub, sehingga difase telofase masing-masing kutub akan memiliki jumlah kromosom
separuh dari jumlah kromosom semula. Setelah telofase I berakhir kemudian dilanjutkan  dengan sitokinesis. Hasil akhir dari meiosis I ini adalah dua sel anakan yang mempunyai jumlah kromosom separuh dari sel semula (parental), tetapi tiap kromosom masih terdiri dari 2 kromatid, sehingga pembelahan reduksi ini masih belum sempurna dan dilanjutkan dengan meiosis II.
Anafase I
Sel memanjang dari kutub ke kutub. Kromosom homolog berpisah ke kutub berseberangan dan kromatid belum terbentuk. Seperti halnya pada mitosis, alat gelendong menggerakkan kromosom ke arah kutub sel, akan tetapi kromatid saudara tetap terikat pada sentromernya dan bergerak sebagai satu unit tunggal ke arah kutub yang sama. Kromosom homolog bergerak ke arah kutub yang berlawanan. Berbeda dengan mitosis, kromosom muncul sendiri-sendiri pada lempeng metafase dan bukan dalam pasangan, dan gelendong memisahkan kromatid saudara dari masing-masing kromosom. Dengan kata lain pada miosis fase anafase I, kromosom homolog (bukan kromatid saudara) dari setiap tetrad terpisah satu dengan yang lain, dan bergerak ke kutub gelendong (spindle) yang berlawanan.

Telofase I
Selaput inti terbentuk kembali. Sepasang sentriol berada dipinggir luar selaput. Cytokinesis terjadi, sehingga sel induk menjadi sel anak. Gametosit I pada akhir meiosis I menjadi gametosit II. Interkinesis adalah periode di antara akhir telofase I dan awal profase II. Periode ini biasanya sangat singkat. DNA yang dihasilkan dari dua inti pada pembelahan miosis pertama tidak mengalami replikasi selama fase interkinesis.
Meiosis II
Profase II
kromosom-kromosom menuju ke arah pelat metafase. Kromosom-kromosom homolog ini apabila pada profase I mengalami pindah silang maka tiap kromosom terdiri dari dyad yaitu kromatid serupa yang lengan kromosomnya sudah tidak identik lagi. Namun apabila kromosom-kromosom.  Masanya pendek sekali. Selaput inti hilang. Sentriol mengganda dan menuju ke kutub berseberangan inti. Kromatid disetiap kromosom belum terpia=sah. Sentromer masih satu. homolog tersebut tidak mengalami pindah silang, maka masing-masing
kromosom masih tetap terdiri dari 2 kromatid. Pada fase selanjutnya yaitu fase metafase II, masing-masing kromosom berada di pelat metafase. Pada fase anafase II, masing-masing kromatid ataupun dyad dari tiap kromosom akan ditarik ke arah kutub yang berlawanan, sehingga difase telofase II yang diakhiri dengan sitokinesis tiap sel akan membawa jumlah kromosom separuh dari jumlah kromosom semula (parental) dan kromosom tersebut berupa kromosom tunggal. Dengan demikian pembelahan reduksi ini telah sempurna dengan hasil
setiap sel parental akan menghasilkan 4 sel anakan dengan jumlah kromosom separuh dari jumlah kromosom sel parental.
Metafase II
Serat gelondong terbentuk antara pasangan sentriol. Kromosom (sepasang kromatid) yang menggatung pada serat gelondong lewat sentromer pindah ke bidang equator.
Anafase II
Sel memanjang dari kutub ke kutub menurut poros serat gelondong. Sentromer pada setiap pasangan kromatid membelah sehingga kromatid bersaudara lepas. Kromatid berpisah dan bergerak ke kutub berseberangan.
Telofase II
Kromatid terbuka kembali pilinannya, terlepas-lepas, menjadi jala halus: kromatin. Selaput inti terbentuk kembali. Nucleolus muncul, melekat pada kromatin. Terjadi sitokinesis, sehingga dari dua gametaosit II terbentuk 4 gametid. Gametid mengandung kromosom separuh dari sel induk, dari 2N pada gametosit I, menjadi 1N pada gametid.
Dengan proses transformasi gametid nanti akan berubah menjadi gamet, yakni sel benih matang. Dengan demikian pembelahan reduksi ini telah sempurna dengan hasil setiap sel parental akan menghasilkan 4 sel anakan dengan jumlah kromosom separuh dari jumlah kromosom sel parental.





























DAFTAR PUSTAKA

Bonner Kate Mary, dkk, 2011. Mitotic Spindle Proteomics in Chinese Hamster Ovary Cells. PLoS ONE. Vol. 6
Nugroho T Titania, 1999. Telaah Beberapa Fungsi Titik Uji Siklus Pembelahan Sel Fase G1 Dan S dari Inhibitor Kinase Bergantung Siklin SIC. Jurnal Natur Indonesia. Vol 1191):1-11
Vermeulen Katrien, dkk. 2003. The Cell Cycle: a Review of Regulation, Deregulation and Therapeutic Targets in Cancer. Cell Prolif. Vol. 36, 131–149
Yu, Hongtau. 2011. A Mad partner for shugoshin in meiosis. The Embo Journal.  Vol 30, 2759-2761
Sagolla, Meredith S. 2006. Three-dimensional analysis of mitosis and cytokinesis in the binucleate parasite Giardia intestinalis. Journal of Cell Science 119, 4889-4900






















Siregar, Nirwana. Dkk. - .Biologi Kedokteran Biologi Reproduksi & Embryology. Jakarta: Departemen Biologi Fakultas Kedokteran UPN “Veteran” Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar