Jumat, 04 November 2011

Sintesis Protein

BAB I
PENDAHULUAN
Mekanisme sintesis protein yaitu suatu proses yang disebut juga translasi karena keempat huruf abjad asam nukleat diterjemahkan menjadi abjad protein yang sama sekali berbeda. Proses translasi merupakan proses yang jauh lebih kompleks dibandingkan dengan proses replikasi atau transkripsi, yang hanya berdasarkan bahasa pembentukan pasangan basa saja. Suatu protein disintesis denganarah ujung amino ke karboksil melalui penambahan secara asam-asam amino ke gugus karboksil rantai peptida yang sedang diperpanjang. Untuk setiap asam amino terdapat paling sedikit satu jenis tRNA berikut enzim untuk pengaktifannya.
Semua aktivitas sel dikendalikan oleh aktivitas nukleus. Cara pengendalian ini berkaitan dengan aktivitas nukleus memproduksi protein, dimana protein ini merupakan penyusun utama dari semua organel sel maupun penggandaan kromosom. Contoh protein yang dapat dihasilkan seperti protein struktural yang digunakan sebagai penyusun membran sel dan protein fungsional (misalnya enzim) yang digunakan sebagai biokatalisator untuk berbagai proses sintesis dalam sel. Protein adalah polipeptida (gabungan dari beberapa asam amino). Maka untuk membentuk suatu protein diperlukan bahan dasar berupa asam amino. Polipeptida dikatakan protein jika paling tidak memiliki berat molekul kira-kira 10.000. Di dalam ribosom, asam amino-asam amino dirangkai menjadi polipeptida dengan bantuan enzim tertentu. Polipeptida dapat terdiri atas 51 asam amino (seperti pada insulin) sampai lebih dari 1000 asam amino (seperti pada fibroin, protein sutera).
Macam molekul polipeptida tergantung pada asam amino penyusunnya dan panjang pendeknya rantai polipeptida. Seperti yang telah kita pelajari sebelumnya bahwa ada 20 macam asam amino penting yang dapat dirangkai membentuk jutaan macam kemungkinan polipeptida. Lalu bagaimana sesungguhnya mekanisme pembentukan protein itu? Apakah DNA terlibat dalam pembentukan protein?
Sintesis protein melibatkan DNA sebagai pembuat rantai polipeptida. Meskipun begitu, DNA tidak dapat secara langsung menyusun rantai polipeptida karena harus melalui RNA. Seperti yang telah kita ketahui bahwa DNA merupakan bahan informasi genetik yang dapat diwariskan dari generasi ke generasi. Informasi yang dikode di dalam gen diterjemahkan menjadi urutan asam amino selama sintesis protein. Informasi ditransfer secara akurat dari DNA melalui RNA untuk menghasilkan polipeptida dari urutan asam amino yang spesifik. Suatu konsep dasar hereditas yang mampu menentukan ciri spesifik suatu jenis makhluk menunjukkan adanya aliran informasi bahan genetik dari DNA ke asam amino (protein). Konsep tersebut dikenal dengan dogma genetik. Tahap pertama dogma genetik dikenal sebagai proses transkripsi DNA menjadi mRNA. Tahap kedua dogma genetik adalah proses translasi atau penerjemahan kode genetik pada RNA menjadi urutan asam amino.
Protein termasuk zat yang vital dalam tubuh manusia. Protein terdiri dari asam amino. Ternyata protein dapat mempengaruhi sifat suatu organisme. Mempengaruhi juga proses proses dalam tubuh. Sebagai contoh, enzim adalah zat yang tersusun atas protein. Jika terjadi kesalahan pada pembentukan protein, tentu saja akan menyebabkan enzim yang disusun tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Protein dibuat dalam sel-sel tubuh melaluh beberapa tahapan yang cukup kompleks. Dua hal yang sangat penting dalam sintesa protein. DNA (Deoxiribonucleo Acid) atau biasa disebut asam nukleat terdapat dalam nucleus sel. DNA tersebut berada di dalam kromosom. DNA terdiri dari rantai ganda double helix yang saling berpilin. DNA Terdiri dari pospat, gula deoxiribosa, dan basa nitrogen. Basa nitrogen yang ada pada DNA terdiri dari basa purin yang terdiri dari Adenin (A) dan Guanin (G) dan pirimidin yang terdiri dari Cytosin (C) dan Timin (T). A selalu berpasangan dengan T dan G selalu berpasangan dengan C. Sedangkan RNA (RibonucleoAcid) terdiri dari rantai tunggal. Sama halnya dengan DNA, RNA terdiri atas pospat, gula, dan basa nitrogen. Namun perbedaannya, gula di RNA adalah gula Ribosa. Dan basa nitrogennya purin sama dengan DNA, namun pirimidin pada RNA berbeda dengan DNA. Yaitu pada RNA Cytosin (C) dan Urasil (U). RNA ada 3 macam yang nanti berperan dalam sintesa protein.
Sebelum sintesis protein dilakukan, perlulah diadakan persiapan yang menyeluruh, salah satunya pemasangan asam amino pada salah satu ujung tRNA. Satu asam amino harus diikatkan pada salah satu ujung tRNA dengan antikodon yang benar, namun protein ini sesuai dengan kodon bukan antikodon. Enzim yang melakukan proses ini adalah enzim tRNA aminoasil sintetase. Enzim ini mengikatkan asam amino pada bagian sisi asam amino kemudian tRNA dengan antikodon spesifik untuk asam aminonya. tRNA dan asam amino berikatan pada enzim sebelum akhirnya dilepaskan. Aktivitas sintesis protein menurut ilmu biologi molekuler modern adalah mekanisme yang dikodekan oleh informasi genetik dalam DNA yang dapat diekspresikan dalam bentuk protein struktural dan protein katalitik yang akan memainkan peranan penting dalam pertumbuhan, diferensiasi dan fungsi dari seluruh sel hidup.
Protein adalah molekul makro yang berperan dalam hampir semua fungsi sel yaitu: sebagai bahan pembangun struktur sel dan membentuk enzim-enzim yang mengkatalisis reaksi-reaksi kimia di dalam sel; meregulasi ekspresi gen, memungkinkan sel untuk bergerak dan berkomunikasi antar sel.

BAB II
PEMBAHASAN

          Sintesis protein memerlukan tiga tahap reaksi yaitu inisiasi, elongasi (perpanjangan) dan terminasi. Reaksi inisiasi menghasilkan pengikatan tRNA inisiasi ke situs inisiasi pada mRNA. tRNA inisiasi itu mengisi situs peptidil pada ribosom. Elongasi dimulai dengan pengikatan suatu aminoasil – tRNA pada situs aminoasil, yaitu suatu tempat pengikatan khusus tRNA pada ribosom. Terminasi terjadi bila sinyal untuk berhenti yang terdapat pada mRNA dibaca oleh faktor pembebas protein yang akan mengakibatkan pembebasan rantai polipeptida yang sudah selesai dari ribosom. Sebetulnya ribosom adalah suatu enzim yang mengkatalisis pembentukan ikatan-ikatan peptida yang diatur oleh mRNA.
Sebelum pembelahan sel, DNA di dalam kromosom mengganda sehingga setiap sel anak memiliki kromosom yang sama. DNA bertanggungjawab untuk mengkode semua protein, setiap asam amino di kode oleh satu atau lebih triplet nukleotida. Kode ini dihasilkan dari satu untai DNA melalui proses yang disebut dengan transkripsi. Proses ini menghasilkan mRNA yang akan dibawa keluar dari inti untuk selanjutnya diterjemahkan menjadi protein. Hal ini dapat dilakukan karena pada sitoplasma terdapat kelompok ribosom yang disebut dengan poliribosom, atau dapat dilakukan pada ribosom yang menempel pada reticulum endoplasma.

Kode seperti yang disebut di atas diterjemahkan pada suatu struktur yang disebut ribosom yang juga dibuat di dalam inti. Ribosom ini merupakan tempat bagi mRNA di mana mRNA akan terikat. Asam amino untuk sintesis protein akan di bawa ketempat ini oleh RNA transfer (tRNA). Setiap tRNA memiliki triplet yang akan berikatan dengan urutan nuklotida yang sesuai pada mRNA. Sebagai contoh fenil alanin yang terikat pada tRNA yang miliki tiplet AAA (adenin-adenin-adenin) akan berikatan dengan urutan nukleotida yang sesuai pada mRNA yaitu UUU (urasil, urasil, urasil). 

2.1 Inisiasi

Proses inisiasi dimulai ketika ribosom subunit kecil berikatan dengan mRNA. Inisiator tRNA yang membawa metionin berikatan pada daerah AUG yang mengkode asam amino metionin. Selanjutnya ribosom sub unit besar akan menempel Pada ribosom subunit kecil. Catatan, sisi A dan sisi P merupakan tempat pengikatan tRNA.

2.2 Elongasi

          Pada gambar di di bawah terlihat bahwa kompoleh tRNA bergerak dari sisi A ke sisi P. Sisi A merupakan tempat bagi tRNA berikitnya. Pada contoh ini adalah tRNA yang membawa prolin yang dibawa oleh tRNA yang memiliki kode GGC. tRNA ini akan berpasangan dengan urutan nukleotida CCG pada mRNA.  Setelah menempel pada sisi A, metionin dan protein akan diikat oleh ikatan peptida. Selanjutnya tRNA yang pertama (yang membawa metionin) akan meninggalkan ribosom dan tRNA yang membawa prolin akan berpindah kesisi A. Ribosom selanjunya akan bergerak ke triplet berikutnya dengan arah 5' - 3' (ditunjukkan oleh arah panah pada mRNA). Sedangkan tRNA akan bergerak dari arah 3' – 5.

Ribosom selanjutnya akan membaca kode dengan arah 5' - 3' dan menambahkan asam amino pada rantai peptide. Pada gambar tRNA yang membawa glisin yang dikode oleh CCA, berpasangan dengan basa GGU pada mRNA. Proses ini akan berjalan terus sampai mencapai stop codon. Pada gambar di bawah diperlihatkan dengan tanda merah.

2.3 Ribosom
Peristiwa dalam sintesis protein dikatalisis oleh ribosom. Dalam ribosom terdapat rRNA yang merupakan RNA yang terdapat terbanyak di antara jenis RNA yang dikenal. Ribosom sebagai tempat sintesis protein, sekaligus merupakan mesin yang akan mengatur dan memilih komponen-komponen yang terlibat dalam sintesis protein. Pada saat sintesis protein, ribosom bergeser sepanjang mRNA sambil membaca urutan kodon. Ribosom mempunyai komposisi 60% rRNA dan 40% protein basa, yang tersusun secara rumit oleh lebih dari 50 jenis protein yang berbeda. Komposisi basa dalam rRNA agak berbeda dengan susunan gugus basa dalam DNA secara menyeluruh rRNA dalam gugus nukleat-nya terdapat gugus metil yang diduga untuk mencegah agar jangan sampai molekul tRNA dan rRNA dipakai sebagai pola dalam sintesis protein.

2.4  Poliribosom

Ikatan sejumlah ribosom dengan molekul mRNA individual membentuk rangkaian ribosom dalam satu kesatuan yang disebut poliribosom atau polisom. Ribosom dalam poliribosom dipisahkan oleh jarak sekitar 80 nukleotid sepenjang mRNA. Kelompok ribosom dapat menempel pada mRNA dan setiap ribosom mensintesis satu untui polipeptida. Kelompok ini disebut dangan poliribosom. Ribosom merupakan suatu partikel ribonukleoprotein yang berukuran kecil (20 X 30 nm). Ribosom terdiri dari dua unit, yang dihasilkan didalan nukleolus. Ribosom meninggalkan inti  sebagai unit terpisah melalui pori inti. Ribosom utuh dibentuk di dalam sitoplasma. Penyatuan ribosom di ditoplasma adalah untuk mencegah terjadinya sintesis protein didalam inti.

Gambar di bawah memperlihatkan poliribosom yang terikat pada mRNA. Ribosom tersusun sebagai suatu roset dan ini dapat dilihat dalam sitoplsma dengan menggunakan mikroskop elektron. Pada gambar sebelah kanan memperlihatkan susunan poliribosom pada reticulum endoplasma kasar. Terlihat bahwa rantai polipeptida yang sedang tumbuh (diproyeksikan pada bagian bawah ribosom sub unit besar) menembus membran menuju sisterna dari retikulum endoplasma kasar.
RE kasar memiliki reseptor yang berikatan dengan ribosom sub unit besar. Reseptor memiliki pori yang memungkinkan protein yang baru disintesis masuk dan disimpan pada sisterna atau lumen RE kasar.

Tampak ribosom pada permukaan luar. Pada  bagian dalam kantong (sisterna) terdapat protein yang baru disintesis. Struktur detail ribosom tidak tampak pada gambar. Ribosom terlihat seperti bola yang tidak teratur pada sisi luar membran.
Kandungan protein dalam sel berjumlah lebih dari separuh jumlah massa sel tanpa kandungan air. Hal ini menunjukkan bahwa protein sangat penting bagi kehidupan sel, yang mana protein tersebut harus disediakan sendiri oleh sel. Maka sintesis protein merupakan kegiatan yang berada di pusat kehidupan, karena dalam kehidupan harus berlangsung perawatan, pertumbuhan, dan perkembangan. Berbagai kelompok kemampauan diantaranya, protein bertindak sebagai katalisator (enzim), transduser (pengubah bentuk energi ke bentuk lain) dalam gerakan, integrator, sinyal dan sebagai komponen multisubunit dari sebuah mesin protein itu sendiri. Yang dimaksudkan dengan mesin protein yaitu segala komponen yang diperlukan untuk sintesis protein. Protein atau polipeptida tersusun oleh komponen utamanya gugus-gugus yang dirangkai dari asam amino, berbagai jenis molekul protein berbeda dari jumlah asam amino yang menyusun rantai, jenis asam amino yang menyusun rantai, dan struktur rantai yang membentuk protein.
2.6  Tahapan Proses Sintesis Protein
Proses sintesis protein dengan menggunakan pola susunan urutan nukleotida DNA dalam gena, secara berturut-turut langkah-langkah yang harus dilalui yaitu :

2.6.1        Transkripsi
Di satu pihak DNA sebagai sumber informasi terdapat dalam inti, sedangkan di lain pihak sintesis protein yang membutuhkan informasi berlangsung dalam sitoplasma. DNA dalam bentuk sandi perlu disalin (dikopi) dalam bentuk sandi lain yang dapat dibawa ke sitoplasma. Salinan sandi berbentuk sebagai molekul messenger RNA (mRNA). mRNA berarti pembawa pesan atau informasi. Peristiwa penyalinan molekul DNA menjadi mRNA dinamakan Transkripsi.
Transkripsi DNA dilakukan untuk setiap satuan 3 nukleotid (kodon). Transkripsi DNA hanya dilakukan pada penggal yang merupakan pola tertentu sebagai informasi struktur protein yang akan disintesis. Penggal DNA tersebut dinamakan Gena. Gena pada sel eukariot hewan tingkat tinggi biasa mempunyai panjang 100.000 pasangan nukleotid, dan beberapa gena dapat mencapai panjang 2 juta nukleotid. Untuk membuat protein berukuran sedang ( 300 – 400 asam amino) dibutuhkan gena dengan sekitar 1000 nukleotid.
Mekanisme transkripsi dengan cara menyusun rangkaian nukleotida sesuai dengan jenis basa yang dimiliki DNA yang disalin. Gugus bassa T disalin menjadi A pada RNA, G menjadi C, C menjadi G, kecuali A tidak disalin menjadi T, karena RNA tidak memiliki gugus T (thimin), dan diganti dengan gugus U ( uracil) maka urutan basa pada mRNA akan sedikit berbeda dengan molekul DNA yang disalin. Sebagai contoh TAC – CAA – TTG – GAC – ATT maka akan ditranskripsi menjadi mRNA dengan urutan : AUG – GUU – AAC – CUG – UAA, hasil transkripsi ini akan ditransportasikan ke sitoplasma melalui lubang-lubang selubung inti. Selanjutnya mRNA akan ditranslasikan menjadi polipeptid.
Secara ringkas bisa juga dijelaskan dengan tahap transkripsi DNA menjadi mRNA yang disusul dengan tahap translasi mRNA menjadi polipeptida yang berlangsung di ribosom.
Perbedaan mendasar dari RNA terhadap DNA adalah :
1.    Berbentuk satu untai
2.    Gugus basa : Adenin, Cytosin, Guanin dan Uracil
3.    Gugus gula ribose.
Mekanisme transkripsi mRNA dengan menggunakan molekul DNA sebagai pola yang memerlukan enzim polimerase untuk merangkai setiap nukleotid sebagai berikut:
·      Basa T pada DNA dtranskripsi menjadi basa A pada mRNA
·      Basa A pada DNA dtranskripsi menjadi basa U pada mRNA
·      Basa C pada DNA dtranskripsi menjadi basa G pada mRNA
·      Basa G pada DNA dtranskripsi menjadi basa C pada mRNA
Transkripsi yang melibatkan enzim polimerase RNA untuk satu satuan gena bukan berlangsung sekali, tetapi berlangsung berlanjut banyak kali susul menyusul.
2.6.2             Splicing
Jumlah asam amino yang menyusun polipeptida yang harus disintesis di ribosom tidak sama dengan jumlah kodon yang akan ditranskripsikan. Pengurangan jumlah nukleotida yang dibawa ke sitoplasma mengikuti suatu mekanisme tertentu. Tidak semua nukleotida diterjemahkan menjadi polipeptida. Baik penggal molekul DNA maupun transkripsinya yang berbentuk mRNA, terdiri atas penggal-penggal yang berbeda fungsinya dalam sintesis protein. Jenis penggal DNA pertama disebut Ekson dan jenis penggal DNA kedua dinamakan intron. Dalam satu penggal gena jumlah ekson yang dipisahkan oleh penggal intron tidak sama. Pada satu gena dapat memiliki 4 atau lebih ekson yang dipisahkan oleh intron.
Sebelum mRNA dibawa keluar dari inti, dilakukan pemotongan penggal-penggal. Setelah masing-masing penggal dipotong segera penggal-penggal ekson disambung kembali membentuk mRNA baru yang dinamakan mRNA fungsional. mRNA fungsional inilah yang dapat dibawa keluar inti menuju ribosom untuk translasi, inilah yang disebut tahap splicing dalam sintesis protein.
Tahap splicing termasuk dalam pengaturan ekspresi gena, karena penggal intron tidak diekspresikan sebagai protein. Splicing yang mencakup pemotongan intron dan penyambungan ekson dilakukan oleh spliceosom yang menghasilkan mRNA fungsional. Spliceosom adalah kumpulan SNURP dari jenis U1, U2, U5 dan U4/U5 yang bekerja pada ujung-ujung intron. SNURP (snRNP) = small nuclear ribonucleoprotein adalah suatu kompleks protein dengan RNA pendek ( < 250 nukleotida) yang masing-masing disebut U1, U2, U3 dan sebagainya.
Splicesom memotong dalam 2 tahap :
1.      Pada ujung 3’ intron
2.      Pada ujung 5’ intron

2.6.3        Transportasi Molekul mRNA Keluar Inti Menuju Ribosom
   mRNA fungsional yang dibentuk dalam inti harus dibawa keluar dari inti menuju ribosom dalam sitoplasma. Transportasi ini tidak akan berlangsung bila splicing belum selesai. Untuk mengangkut mRNA fungsional menuju porus nuclearis diperlukan protein khusus yang membawanya. Di pihak porus nuclearis terdapat reseptor yang mengarahkan transportasi mRNA meninggalkan inti. Setelah mRNA fungsional keluar melalui porus nuclearis dalam sitoplasma mRNA diikat oleh protein khusus untuk mengganti protein pengikat ketika masih dalam inti.


2.6.4        Translasi Menjadi Polipeptid
Kodon AUG ditranslasi menjadi asam amino methionin yang biasanya mengawali urutan sebuah polipeptid, sehingga AUG dinamakan kodon pendahulu, sebaliknya kodon penutup yang mengakhiri translasi dalam bentuk: UUA, UGA, dan AUG. Translasi dilaksanakan dalam ribosom yang terdapat dalam sitoplasma. Untuk translasi tersebut akan dilibatkan 2 jenis RNA lain, yaitu : transfer RNA (tRNA) dan ribosomal RNA (rRNA). Dengan demikian telah dikenal 3 jenis RNA, yaitu : (1) mRNA sebanyak 5%, (2) tRNA sebanyak 20%, (3) rRNA sebanyak 75%.

2.6.5   Pengakhiran Translasi (terminasi)

Ketika robosom mencapai stop kodon, dan tidak ada tRNA yang menempel maka ribosom sub uni kecil dan besar akan terpisah dan meninggalkan mRNA. Pada mRNA terdapat 3 kodon untuk mengakhiri translasi, yaitu UAA, UAG, dan UGA. Protein dalam sitoplasma disebut release factor (faktor pelepas) mengikat langsung pada salah satu kodon penutup ketika ketika kodon telah sampai pada ribosom. Ikatan ini akan mengubah aktivitas peptidyl transferase untuk tidak mengikat asam amino pada ujung peptidyl tRNA tetapi menambah molekul H2O pada ujung tersebut. Reaksi ini akan membebaskan ujung karboksil pada ujung rantai peptid yang tumbuh dari ikatannya dengan molekul tRNA. Sehingga proses translasi informasi genetika melalui mRNA telah diselesaikan dan peptid yang dihasilkan akan dilepaskan dalam sitoplasma atau dalam ruangan rER.

 


Pada tahap pengendalian aktivitas protein berlangsung kegiatan selektif yaitu :
1.    Aktivitasi protein yang telah dinilai benar
2.    Inaktivasi protein yang telah dinilai tidak benar
3.    Kompartimentalisasi secara spesifik molekul protein
Kompartimentalisasi molekul protein dimaksudkan pemilihan kelanjutan protein yang telah dinilai benar seperti yang telah ditetapkan ekspresinya dari gena yang diinginkan. Beberapa kemungkinan kelanjutan sintesis protein yaitu :
a.    Protein terdapat bebas dalam sitoplasma karena diperlukan oleh sel.
b.    Protein yang ditampung dalam ruang rER memerlukan penyelesaian dengan modifikasi dalam ruang appartus golgi, dengan tetap berada dalam ruangan yang ada di dalam sel (lisosom), gelembung-gelembung kecil yang berisi produk protein dibawa ke permukaan sel untuk ditumpahkan dalam celah ekstraseluler, dan gelembung-gelembung kecil dengan membran yang tertanam molekul protein dibawa ke permukaan sel, sehingga membran permukaan sel memiliki molekul protein.

2.7  Pengaruh Antibiotika Terhadap Sintesis Protein
Beberapa antibiotika tertentu dirancang mempunyai pengaruh terhadap sintesis protein, terutama protein yang dibutuhkan oleh sel mikroorganisme. Cara kerja antibiotika terhadap sintesis protein mikro-organisme berbeda satu sama lainnya, misalnya Aktinomisin D akan mencegah transkripsi DNA menjadi RNA, sedangkan khloramfenikol akan mempengaruhi sintesis protein dengan cara menghambat pada tahap translasi polipeptid. Streptomisin mempunyai efek tehadap sintesis protein melalui kekeliruan “pembacaan” sandi genetik sehingga terbentuk molekul protein yang berbeda dari yang dibutuhkan.

2.8  Sintesis Protein pada Prokariot
Sintesis protein pada prokariot pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan sintesis protein pada sel eukariotik. Jika adapun perbedaan, semata-mata disebabkan oleh adanya perbedaan perangkat yang dimiliki sel prokariotik dan sel eukariotik. Sel prokariotik tidak memiliki membran nuclearis seperti halnya sel eukariotik. Sel prokarioik hanya memiliki ribosom, sedangkan sel eukariotik masih memiliki organela bermembran seperti endoplasmic reticulum dan kompleks golgi.
Karena sel prokariotik tidak memiliki dinding pemisah yang akan membentuk inti, maka seluruh proses sintesis protein sampai translasinya dilaksanakan dalam sitoplasma, sehingga sangat mudah melakukan translasi di ribosom sementara transkripsi belum selesai. Sel prokariotik hanya menggunakan satu jenis enzim polimerase RNA, yang berbeda dengan sel eukariotik yang menggunakan 3 jenis enzim polimerase RNA.
 
 
BAB III
PENUTUP

 Kesimpulan :
1.        Sintesis protein memerlukan tiga tahap reaksi yaitu inisiasi, elongasi (perpanjangan) dan terminasi.
2.        Proses inisiasi dimulai ketika ribosom subunit kecil berikatan dengan mRNA, Elongasi dimulai dengan pengikatan suatu aminoasil – tRNA pada situs aminoasil, yaitu suatu tempat pengikatan khusus tRNA pada ribosom, Terminasi terjadi bila sinyal untuk berhenti yang terdapat pada mRNA dibaca oleh faktor pembebas protein yang akan mengakibatkan pembebasan rantai polipeptida yang sudah selesai dari ribosom.
3.        Ribosom sebagai tempat sintesis protein, sekaligus merupakan mesin yang akan mengatur dan memilih komponen-komponen yang terlibat dalam sintesis protein.
4.        Sintesis protein merupakan kegiatan yang berada di pusat kehidupan, karena dalam kehidupan harus berlangsung perawatan, pertumbuhan, dan perkembangan.
5.        Tahapan Proses Sintesis Protein : Transkripsi ( peristiwa penyalinan molekul DNA menjadi mRNA), (Splicing) mRNA fungsional yang dapat dibawa keluar inti menuju ribosom untuk translasi, mRNA fungsional yang dibentuk dalam inti harus dibawa keluar dari inti menuju ribosom dalam sitoplasma.
6.        Sintesis protein pada prokariot pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan sintesis protein pada sel eukariotik. Jika adapun perbedaan, semata-mata disebabkan oleh adanya perbedaan perangkat yang dimiliki sel prokariotik dan sel eukariotik. Sel prokariotik tidak memiliki membran nuclearis seperti halnya sel eukariotik. Sel prokarioik hanya memiliki ribosom, sedangkan sel eukariotik masih memiliki organela bermembran seperti endoplasmic reticulum dan kompleks golgi.
7.        Perbedaan mendasar dari RNA terhadap DNA adalah : Berbentuk satu untai, Gugus basa : Adenin, Cytosin, Guanin dan Uracil, Gugus gula ribose.

DAFTAR PUSTAKA

Stryer, Lubert. 2000. Biokimia. Jakarta : EGC
Subowo. 2007. Biologi Sel. Bandung : CV Angkasa
Thenawijaya Maggy. 1982. Dasar-dasar Biokimia Jilid 3. Jakarta :  Erlangga
Yuwono, Triwibowo. 2005. Biologi Molekuler. Jakarta : Erlangga